Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Kerek Suku Bunga Acuan, Bank Ina (BINA) dan Bank BJB (BJBR) Jaga Porsi Dana Murah

Kenaikan suku bunga acuan memicu perbankan akan menjaga porsi dana murah atau current account saving account (CASA) berupa tabungan dan giro.
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).
Karyawan melintas di dekat logo Bank Indonesia di Jakarta, Senin (3/2/2020).

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) dan PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (BJBR) atau Bank BJB menyatakan akan menjaga porsi dana murah atau current account saving account (CASA) berupa tabungan dan giro, seiring Bank Indonesia mengerek suku bunga acuan.

Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu mengatakan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 3,75 persen berpengaruh terhadap kenaikan suku bunga deposito perusahaan, meski secara blended cost masih belum besar pengaruhnya.

“Untuk meningkatkan rasio dana murah, kami giat menaikkan porsi tabungan dan giro, sehingga dampak dari kenaikan bunga deposito tidak banyak mempengaruhi cost of fund kami,” ujar Daniel kepada Bisnis, Rabu (14/9/2022).

Senada, Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi menyampaikan bahwa nasabah yang cenderung sensitif terhadap suku bunga merespons perubahan suku bunga acuan dengan meminta bunga simpanan yang lebih tinggi. Akan tetapi, dia mengatakan dampak tersebut terhadap biaya dana masih dapat terkelola, sebab likuiditas yang dimiliki BJBR masih sangat cukup.

“Untuk menjaga dampak dari kenaikan suku bunga acuan ini, kami terus berupaya menjaga rasio CASA sehingga secara mixed cost of fund terkendali, di mana saat ini cost of fund Bank BJB berada pada level 3 persen,” ujar Yuddy.

Selain itu, Yuddy mengungkapkan Bank BJB juga akan terus menggenjot pendapatan fee-based income, khususnya dari transaksi digital. Dengan demikian, BJBR optimis target masih dapat tercapai sesuai rencana bisnis. 

Merujuk laporan keuangan, dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun Bank BJB tumbuh 14,7 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari sebelumnya bernilai Rp116,14 triliun pada kuartal II/2021. Apabila dirinci, raihan DPK tersebut ditopang oleh dana murah yang tumbuh 24,7 persen yoy, dari Rp49,35 triliun menjadi Rp61,55 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper