Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Neo Commerce (BBYB) Pantau Kondisi Sebelum Naikkan Suku Bunga

Ini yang dilakukan Bank Neo Commerce (BBYB) sebelum memutuskan untuk naikkan suku bunga.
Karyawati beraktivitas di sekitar logo Bank Neo Commerce di Jakarta, Kamis (19/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati beraktivitas di sekitar logo Bank Neo Commerce di Jakarta, Kamis (19/4/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) terus mengamati situasi pasar sebelumnya memutuskan untuk menaikkan suku bunga tabungan. 

Inflasi Indonesia yang mencapai 4,35 persen per Juni 2022 (yoy), menjadi yang tertinggi sejak 5 tahun terakhir. Sejumlah pihak memperkirakan kondisi ini akan mendorong bank sentral menaikkan suku bunga acuan yang saat ini masih tertahan di posisi 3,5 persen.

Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan menegaskan bahwa perseroan bukanlah bank yang reaktif terhadap suku bunga acuan yang ditetapkan Bank Indonesia (BI). 

Artinya, ketika bank sentral menaikkan suku bunga untuk meredam inflasi, perseroan tidak serta merta menaikan suku bunga. Bank Neo Commerce akan tetap mempertahankan suku bunga simpanan pada kisaran 8 persen.

“Akankah dinaikkan menjadi 9-10 persen? Saya tidak melihat bahwa itu sesuatu yang akan dilakukan. Karena kita sudah berikan bunga terbaik bagi nasabah,” kata Tjandra di Jakarta beberapa waktu lalu.

Keputusan untuk bersikap tidak reaktif tersebut, lanjutnya, karena perseroan sejak awal berdiri selalu melakukan perhitungan yang matang dan mengetahui apa yang akan dilakukan.

Dia juga mengatakan meski perusahaan menahan suku bunga tabungan pada kisaran 8 persen, perusahaan juga membuka peluang untuk menaikkan suku bunga dengan melihat kondisi pasar.

“Kami akan melihat bank-bank lain, apakah mereka yang tadinya malu-malu menaikkan bunga jadi ekstrem? Sangat menarik nantinya diamati dampak ke makro ekonomi,” kata Tjandra.

Dia memperkirakan sejumlah bank nantinya bersikap ada yang bersikap reaktif dan pasif. Bank-bank memiliki perhitungan dan tidak lantas menaikkan suku bunga ketika Bank Indonesia menaikkan bunga.

Tjandra melanjutkan bank-bank juga akan menunggu arahan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pemerintah. Apalagi jika nantinya suku bunga BI naik ekstrem sekitar 50 bps, dari 3,50 persen menjadi 4,00 persen.

“Karena imbasnya panjang, kalau bunga dana pihak ketiga [DPK] dinaikkan, otomatis bunga kredit akan naik. Akhirnya nasabah peminjam yang kena imbas,” imbuhnya. 

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 22-23 Juni 2022 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 3,50 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 2,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 4,25 persen. 

Keputusan ini sejalan dengan perlunya pengendalian inflasi dan menjaga stabilitas nilai tukar, serta tetap mendukung pertumbuhan ekonomi, di tengah naiknya tekanan eksternal terkait dengan meningkatnya risiko stagflasi di berbagai negara.

Ketidakpastian ekonomi global diprakirakan masih akan tinggi seiring dengan makin mengemukanya risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan inflasi global, termasuk sebagai akibat dari makin meluasnya kebijakan proteksionisme terutama pangan, yang ditempuh oleh berbagai negara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper