Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Premi Asuransi Jiwa Turun, AAJI: Ada Fenomena Shifting ke Bayar Reguler

Berdasarkan tipe pembayaran, porsi dari premi reguler masih mendominasi hingga 91,6 persen dari total pendapatan premi, sisanya premi tunggal alias sekali bayar dengan porsi 8,4 persen.
Karyawan beraktivitas di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Jakarta, Sabtu (22/1/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan beraktivitas di kantor Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Jakarta, Sabtu (22/1/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) melihat penurunan pendapatan premi industri pada kuartal I/2022 turut didorong fenomena pergeseran alias shifting terkait cara pandang masyarakat dalam membeli produk asuransi jiwa.

Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon menjelaskan hal tersebut dalam konteks menanggapi total pendapatan asuransi jiwa yang turun 0,6 persen (year-on-year/yoy) menjadi Rp62,27 triliun pada kuartal I/2022, dari sebelumnya Rp62,63 triliun.

"Tertekannya total pendapatan ini disebabkan oleh penurunan komponen total pendapatan premi, klaim reasuransi, dan pendapatan lainnya. Khusus pendapatan premi, setelah dilihat lagi, ternyata ada fenomena shifting fokus nasabah yang memprioritaskan proteksi jangka panjang," ujarnya dalam konferensi pers Laporan Kinerja Asuransi Jiwa Kuartal I/2022, Jumat (10/6/2022).

Berdasarkan data AAJI, pendapatan premi unweighted pada periode ini mengalami perlambatan 14,7 persen yoy menjadi Rp48,9 triliun. Sementara premi weighted mengalami perlambatan 6,8 persen menjadi sebesar Rp27,86 triliun.

Adapun, terkhusus pendapatan premi weighted berdasarkan tipe pembayaran, porsi dari premi reguler masih mendominasi hingga 91,6 persen dari total pendapatan premi, sisanya premi tunggal alias sekali bayar dengan porsi 8,4 persen.

Premi reguler senilai Rp25,51 triliun tercatat hanya turun 4,9 persen yoy. Sementara untuk premi tunggal senilai Rp2,35 triliun, tercatat turun hingga 23,3 persen yoy dari periode yang sama tahun lalu.

"Ada shifting di mana masyarakat itu mulai memahami bahwa membeli produk asuransi jiwa itu dari sisi proteksinya, serta muncul kepercayaan untuk terus mempertahankan polis secara jangka panjang," tambahnya.

Hal serupa juga tampak dari pendapatan premi unweighted, di mana produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) alias unit-linked senilai Rp29,07 triliun, tercatat turun 18,9 persen yoy, sementara produk tradisional senilai Rp19,92 triliun, tercatat hanya turun 7,9 persen yoy.

"Biasanya ada saja tipe nasabah yang masuk unit-linked dengan metode sekali bayar, kemudian kalau market sedang bagus dan ada peluang dapat capital gain, dia pilih cabut atau ambil klaim tebus. Artinya, kalau melihat sisi positifnya dari fenomena ini, banyak nasabah saat ini cenderung masuk karena butuh mempertahankan manfaat proteksi dan mau membayar secara reguler," tuturnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper