Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kepala Ekonom Citibank Proyeksikan Suku Bunga AS Naik 5 Kali

Federal Reserve (Fed) diprediksi menaikkan suku bunga acuannya sebanyak lima kali sebesar 25 basis poin.
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum
Logo bank central Amerika Serikat atau The Federal Reserve di Washington, Amerika Serikat, Minggu (19/12/2021). Bloomberg/Samuel Corum

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Ekonom Citibank Helmi Arman memprakirakan bank sentral Amerika Serkat (AS) atau Federal Reserve (Fed) akan menaikkan suku bunga acuannya sebanyak lima kali sebesar 25 basis poin.

Hal itu disampaikannya pada taklimat media secara virtual, Kamis (10/2/2022).

Akan tetapi, Helmi menyatakan bahwa prakiraan tersebut akan sangat dinamis. Dia menceritakan bahwa prakiraannya mengenai kenaikan federal fund rate (FFR) tahun ini berubah dari akhir tahun lalu, yakni tiga kali sebesar 25 basis poin.

"Baru beranjak beberapa bulan sudah berubah jadi lima kali. Bank-bank lain bahkan ada yang punya prediksi kenaikan suku bunga Fed hingga 175 basis poin atau tujuh kali 25 basis poin," jelasnya secara virtual, Kamis (10/2/2022).

Proyeksi mengenai suku bunga acuan bank sentral AS dinilai dinamis karena mengikuti dinamikan inflasi di negara tersebut. Helmi tidak menutup kemungkinan proyeksi bisa berubah-rubah lahi ke depannya, mengikuti pengumuman tingkat inflasi AS.

Seperti diketahui, ekspektasi kenaikan FFR dapat memicu ekspektasi pasar dalam hal penguatan dolar AS terhadap mata uang negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Lalu, hal tersebut bisa mendorong capital outflow dari pasar keuangan domestik salah satunya Indonesia.

Selama pandemi Covid-19, Helmi menilai arus dana investasi asing ke pasar keuangan, terutama pasar obligasi, relatif lemah. Faktor perkembangan ekonomi global seperti normalisasi kebijakan moneter AS tersebut, dinilai menjadi faktor dominan.

"Perkembangan ekonomi global ini menjadi faktor dominan dari relatif lemahnya aliran dana asing belakangan ini," tuturnya.

Sejalan dengan hal tersebut, Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyatakan bahwa dampak normalisasi kebijakan moneter the Fed semakin terlihat. Pernyataan Helmi diamini oleh Perry pada konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, pada hari yang sama, Kamis (10/2/2022).

Perry menyebut dampaknya terhadap pasar keuangan domestik yakni kenaikan tingkat imbal hasil atau yield US Treasury menuju 1,9 persen. Kenaikan tersebut diperkirakan akan terus berlangsung, sehingga berdampak pada aliran portofolio asing di pasar SBN.

Kendati demikian, Perry menyebut kenaikan SBN cenderung terbatas. Dia mengatakan nilai tukar rupiah masih tetap terkendali sesuai dengan mekanisme pasar.

"Kenapa demikian? Kita lihat meskipun yield US Treasury mengalami peningkatan, tapi nilai tukar dolar dari waktu ke waktu mengalami pelemahan dan itu mendukung stabilitas nilai tukar," tuturnya.

Di dalam negeri, kebijakan suku bunga atau BI 7-Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) dipertahankan rendah yakni di 3,5 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dany Saputra
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper