Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BSI (BRIS) Berusia 1 Tahun Pasca Merger, Bagaimana Kinerjanya?

Hari ini, Bank Syariah Indonesia berusia 1 tahun pasca merger. Bagaimana kinerja emiten berkode saham BRIS ini?
Karyawati Bank Syariah Indonesia melayani nasabah di KC Jakarta Hasanudin, Jakarta, Selasa (2/2/2021). Bisnis/Arief Hermawan P
Karyawati Bank Syariah Indonesia melayani nasabah di KC Jakarta Hasanudin, Jakarta, Selasa (2/2/2021). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI menginjak usia setahun pasca merger dan diresmikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Senin (1/2/2021) silam.

Sebagaimana diketahui, BSI merupakan hasil merger tiga bank syariah milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, dan BNI Syariah.

Melansir dari laman resmi perseroan, Selasa (1/2/2022), penggabungan ini akan menyatukan kelebihan dari ketiga bank syariah sehingga menghadirkan layanan yang lebih lengkap, jangkauan lebih luas, serta memiliki kapasitas permodalan yang lebih baik.

Adapun, BSI didukung sinergi dengan perusahaan induk serta komitmen pemerintah melalui Kementerian BUMN, Bank Syariah Indonesia didorong untuk dapat bersaing di tingkat global.

“Hari ini, 1 Februari 2022, setahun kami berikhtiar, menjadi bank syariah yang inklusif dan modern, menopang pengembangan UMKM, menjaga amanah ummat, mendukung pengembangan ekosistem keuangan syariah dan industri halal nasional,” tulis Instagram resmi BSI, @banksyariahindonesia, dikutip Selasa (1/2/2022). 

Bank Syariah Indonesia menargetkan dapat masuk dalam jajaran 10 bank syariah terbesar secara global atau Top 10 Global Islamic Bank. Peringkat 10 besar tersebut ditargetkan dapat dicapai pada 2025 atau dalam kurun waktu tiga tahun mendatang.

Belum lama ini, BSI sudah mulai merealisasikan program BUMN Go Global yang dicanangkan Menteri BUMN Erick Thohir, setelah diterimanya letter of incorporation oleh bank syariah terbesar di Tanah Air tersebut dari Dubai International Financial Center (DIFC) pada Kamis (4/11/2021).

Langkah strategis BSI ini diharapkan pula dapat mempererat hubungan antara Indonesia dengan negara-negara Timur Tengah khususnya Uni Emirat Arab (UEA). Terlebih, UEA adalah salah satu pusat investasi global, di mana Dubai adalah pusat keuangan syariah global termasuk Sukuk. Dengan demikian, BSI menjadi selangkah lebih dekat untuk mencapai tujuannya menjadi pemain kunci, dalam industri perbankan syariah global.

“Saya berharap BSI dapat mengoptimalkan potensi bisnis di Dubai dan menjadi jembatan penghubung antara Indonesia dan investor global, untuk menginvestasikan dananya pada proyek-proyek pemerintah, BUMN dan juga untuk proyek-proyek pembangunan lainnya di Tanah Air,” kata Menteri BUMN Erick Thohir.

Perseroan menyatakan bahwa BSI siap menjadi jembatan ekonomi antara Timur Tengah dan Indonesia serta menjadi pemain global dan kebanggaan Indonesia.

Kinerja Setahun 

Jika menilik laporan keuangan BSI yang dirilis Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan mampu membukukan laba bersih sebesar Rp3,02 triliun sepanjang 2021, naik 38,45 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).

Kenaikan laba ditopang pendapatan pengelolaan dana bank sebagai mudharib yang naik 5,1 persen atau dari Rp16,9 triliun pada 2020 menjadi Rp17,8 triliun tahun 2021.

Sementara itu, beban usaha emiten dengan sandi BRIS ini mencapai Rp8,78 triliun pada 2021 atau lebih tinggi dibanding 2020, yakni Rp7,96 triliun. Jumlah cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) aset produktif dan nonproduktif sebesar Rp3,55 triliun.

Adapun, jumlah zakat yang disalurkan perseroan pada 2021 sebesar Rp101,68 miliar, sementara beban pajak sebesar Rp932,32 miliar.

Dari sisi pembiayaan, Bank Syariah Indonesia mampu menyalurkan pembiayaan senilai Rp 170,78 triliun, naik 9,29 persen secara tahunan. Peningkatan itu disumbang dari Piutang Murabahah Rp101,18 triliun dan Pembiayaan Bagi Hasil Musyarakah Rp 57,55 triliun.

Sementara itu pertumbuhan pembiayaan disertai dengan kualitas aset yang masih terjaga. Rasio non-performing financing (NPF) stabil di level Rp 2,93 persen dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) mencapai 22,09 persen dan pengembalian atas aset (RoA) naik dari 1,38 persen menjadi 1,61 persen.

Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) Bank Syariah Indonesia tumbuh 11,11 persen yoy dari Rp209,90 triliun menjadi Rp 233,24 triliun. Dengan demikian, aset emiten bersandi BRIS ini tercatat meningkat 10,72 persen dari Rp239,58 triliun menjadi Rp265,28 triliun.

Jika berbicara mengenai aset, perseroan juga menginginkan untuk menjadi deretan 5 besar aset di Indonesia.

“Setelah proses konsolidasi menjadi satu sistem, maka energi bank ini 100 persen Insya Allah akan ditujukan untuk pencapaian visi dan misi BSI, yaitu top 5 asset di Indonesia dan Insya Allah menjadi top 10 market cap global shariah bank,” kata Direktur Finance & Strategy BSI, Ade Cahyo Nugroho, dalam konferensi pers virtual, Senin (1/11/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper