Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Digital, OJK: Lebih Banyak Hasil Transformasi dari Bank Kecil

Plt. Deputi Direktur Arsitektur Perbankan Indonesia OJK Tony mengatakan proses penyusunan regulasi tersebut saat ini dalam tahap menerima masukan dari berbagai pihak. Namun, secara umum pendirian bank digital akan terbagi menjadi dua kelompok.
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan sedang menyiapkan regulasi yang mengatur soal bank digital dan ditargetkan dapat dirilis sebelum akhir semester I/2021.

Plt. Deputi Direktur Arsitektur Perbankan Indonesia OJK Tony mengatakan proses penyusunan regulasi tersebut saat ini dalam tahap menerima masukan dari berbagai pihak. Namun, secara umum pendirian bank digital akan terbagi menjadi dua kelompok.

Pertama, pendirian bank baru yang beroperasi sebagai bank digital dengan modal inti minimal Rp10 triliun. Kedua, bank konvensional yang bertransformasi menjadi bank digital.

Tony menyampaikan yang saat ini banyak dilakukan adalah transformasi bank kecil menjadi bank digital. Dia menyebut di antaranya PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB), PT Bank Jago Tbk. (ARTO), PT BCA Digital, dan PT Bank Harda Internasional Tbk. (BBHI). Meski begitu, dia tidak menyebutkan jumlah bank yang saat ini sedang mengajukan izin menjadi bank digital. 

"Yang sekarang banyak adalah yang melakukan transformasi dari bank konvensional menjadi bank digital. Seperti yang kita kenal, Bank Neo Commerce, Bank Jago, BCA Digital, kemudian Bank Harda mau jadi bank digital juga. Ini beberapa bank yang menjadi bank digital di Indonesia," terangnya dalam webinar, Rabu (24/2/2021).

Selain ketentuan modal inti, Tony menyebutkan beberapa hal menjadi perhatian OJK dalam proses penyusunan regulasi bank digital. Di antaranya, model bisnis yang ditawarkan bank digital, teknologi digital yang dimiliki bank, IT risk management, tata kelola perusahaan, dan SDM.

Lebih lanjut, dia menilai kehadiran bank digital tidak serta merta menjadi ancaman bagi bank konvensional. Sebab, bank memiliki segmen pasar yang beragam, mulai dari korporasi, ritel, UMKM, maupun wealth management.

Sementara itu, ,segmen pasar bank digital masih mengarah kepada segmen ritel. Di sisi lain, bank-bank besar umumnya juga telah memperkuat teknologi digital dalam layanan ke segmen korporasi dan segmen lainnya. Segmen korporasi masih sangat tergantung dengan bank-bank besar untuk menangani transaksi mereka.

"Jadi apakah neo bank akan menjadi ancaman bagi bank [konvensional]? kalau di segmen ritel, mungkin iya nantinya akan terjadi persaingan di segmen ritel. Tapi kalau misalnya neo bank atau fintech mencapai segmen korporasi itu masih sangat jauh," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper