Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sulit Genjot Kredit Saat Pandemi, BCA Pilih Tempatkan Uang di Instrumen Ini

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja mengatakan penempatan dana bank ke surat berharga negara (SBN) menjadi langkah yang diambil perseroan lantaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang memang membutuhkan dukungan.
Pekerja membersihkan dinding kantor Bank Central Asia (BCA) di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (16/6/2020). Bisnis/Paulus Tandi Bone
Pekerja membersihkan dinding kantor Bank Central Asia (BCA) di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (16/6/2020). Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. memanfaatkan penempatan dana dalam surat berharga sebagai solusi atas melimpahnya likuiditas di tengah demand kredit yang rendah.

Berdasarkan laporan kuartal III/2020, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) Bank BCA naik 14,3% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi Rp760,678 triliun. Sementara itu, penyaluran kredit BCA turun 0,6% (yoy) menjadi Rp581,851 triliun.

Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk. Jahja Setiaatmadja mengatakan penempatan dana bank ke surat berharga negara (SBN) menjadi langkah yang diambil perseroan lantaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang memang membutuhkan dukungan. Apalagi, penempatan di SBN dinilai cukup menguntungkan karena harga yang berfluktuasi mengikuti pasar.

Ketika banyak investor asing masuk ke SBN, harga bisa berfluktuasi naik dan akan memberikan keuntungan. SBN pun menjadi alternatif bagi BCA selama belum bisa menyalurkan kredit secara jor-joran.

"Kalau tidak bisa lepas kredit sementara jadi permasalahan yang hakiki, jadi dana itu kita tempatkan ratusan triliun di SBN, masih aman, kita tempatkan ke negara," katanya dalam dalam webinar forum sektor jasa keuangan, Selasa (9/11/2020).

Jahja pun masih optimistis kinerja perbankan akan bisa lebih baik ke depan. Optimisme itu akan diikuti peningkatan layanan digitalisasi yang menjawab kebutuhan nasabah.

"Digitalisasi teknologi tetap merupakan core yang harus terus dikembangkan, karena ke depan keadaaan bisa terus berubah dan yang penting bagaimana mengedukasi yang gaptek (gagap teknologi) dan mau mencoba dan berikan pemahaman baik sehingga terbiasa dengan teknologi," sebutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper