Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pandemi Covid-19 Tekan Ekonomi, Jalan Bank Harda (BBHI) Kian Terjal

Menurutnya, perseroan mungkin dapat memanfaatkan relaksasi restrukturisasi dan perhitungan kolektabilitas satu pilar untuk melakukan financial engineering yakni perbaikan NPL tahun ini .
Ilustrasi Bank/Istimewa
Ilustrasi Bank/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Harda International Tbk. mencatatkan rugi pada tahun lalu. Kondisi ini membuat Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) I melanjutkan tren pemangkasan modalnya sejak 2018.

Meski pencetakan rugi tersebut lebih rendah, tetapi perseroan diperkirakan masih akan kesulitan menghadapi tantangan tahun ini yang semakin diperparah dengan adanya tekanan ekonomi dari epidemi virus corona.

Berdasarkan laporan keuangannya, emiten berkode BBHI ini mencatatkan rugi Rp36,5 miliar per akhir 2019. Posisi ini lebih rendah dibandingkan dengan 2018 yang rugi tercatat sampai Rp123 miliar.

Sayangnya, terpangkasnya rugi ini bukan karena ekspansi kredit ataupun peningkatan pendapatan bunganya, melainkan pendapatan operasional lain-lain yang naik menjadi Rp61,2 miliar dari yang tahun sebelumnya sebesar Rp458 juta.

Kredit perseroan tercatat hanya Rp1,66 triliun, naik moderat 6,4 persen secara tahunan. Kualitas kredit perseroan justru tercatat turun drastis pada 2019. Rasio non-performing loan (NPL) tercatat naik 609 basis poin secara tahunan menjadi 10,16 persen.

Perseroan terpaksa melakukan restrukturisasi sebanyak Rp80 miliar pada tahun lalu, hampir naik 2 kali lipat dari 2018 yang tercatat Rp48 miliar. Perseroan pun harus menghapus buku sebanyak Rp99 miliar pada tahun lalu.

Tanpa penambahan modal, BBHI mencatatkan total Rp252 miliar, terpangkas 18 persen (year-on-year/yoy). Akan tetapi, rasio kecukupan modal masih mampu dipertahankan di posisi 16,20 persen.

Selain itu, sepanjang tahun ini, penurunan harga saham pun masih berlanjut. Harga saham perseroan pada penutupan perdagangan hari ini (20/4/2020) tercatat pada Rp75, turun 35,9 persen dari posisi awal 2020.

Saat dimintai pandangannya, Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan kinerja perseroan memang termasuk berat tahun ini. “Ini kan sudah banyak PSBB, sehingga banyak kegiatan ekonomi yang terhenti dan menganggu kualitas kredit termasuk BBHI ini,” katanya.

Dia menyebutkan perumusan aksi korporasi harus cepat dilaksanakan oleh perseroan. Pasalnya aturan modal minimum Rp1 triliun akan mulai tahun ini.

“Kalau melihat BUKU I lain, pada banyak yang memilih untuk berkolaborasi dengan investor baru. Nah untuk BBHI saya belum tahu, tetapi perumusan perlu cepat dilakukan,” katanya.

Hingga berita ini diturunkan, perseroan masih belum memberi tanggapan atas pesan dan telepon dari Bisnis

Namun dalam laporan keuangan 2019, manajemen Bank Harda menyebutkan akan terus melakukan perbaikan dalam rangka mencapai target keuangan internal, penyempurnaan proses bisnis, meningkatkan kepuasan nasabah dan memiliki SDM yang berkualitas.

Adapun, langkah strategi untuk mendukung rencana ini adalah menjamin pertumbuhan bisnis dengan penerapan bisnis kehati-hatian dan berfokus pada konsolidasi dan penataan bisnis internal serta peningkatan efisiensi operasional bank.

Perseroan juga akan memperluas target market dengan tetap menggarap anchor customer, corporate buyer dan pusat perdagangan yang kemudian digunakan sebagai titik tolak pengembangan bisnis dari hulu ke hilir.

BBHI pun akan menggarap industri properti melalui peningkatan kampanye pemasaran produk KPR Milenial untuk mendapatkan nasabah kaum milenial.

Selain itu, perseroan akan menjangkau seluruh nasabah (termasuk UMKM) tanpa meninggalkan market korporasi dengan penerapan strategi permintaan referensi debitur-debitur eksisting sehingga kualitas kredit yang diberikan dapat dipertahankan kelancarannya.

Bank Harda akan mengoptimalkan pengelolaan aset produktif dengan mengutamakan kualitas dan meningkatkan sistem pengendalian guna mewujudkan pertumbuhan bisnis yang prudent.

Perseroan akan mengelola likuiditas bank pada level yang aman untuk menunjang skala bisnis dan dalam rangka menjaga tingkat LDR yang ideal dan berfokus pada strategi penghimpunan dana dengan low cost funding.

“Kami juga akan mengembangkan dan meningkatkan aktivitas pemasaran dengan mengoptimalkan penggunaan teknologi informasi guna memperluas customer base dan meningkatan fee based income baik dari sisi fasilitas pinjaman, maupun pendapatan fee yang dihasilkan dari aktifitas transaksional dan referral asuransi.”

Tantangan dan tuntutan otoritas memang semakin berat. Namun, besar harapan manajemen sekaligus PSP dapat mulai menjalankan segala bentuk aksi korporasi strategis guna menjamin keberlangsungan bisnisnya.


CATATAN REDAKSI:

Di badan berita ada koreksi. Semula tertulis pendapat dan atribusi Dendy Indramawan sebagai Analis Perhimpunan Perbankan Nasional. Namun atas permintaan dari narasumber, pendapat tersebut kami ganti untuk menghindari kesalahpahaman dengan isi berita. Terima kasih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper