BISNIS.COM, JAKARTA--PT Bank Tabungan Negara Tbk memutuskan baru memisahkan anak usaha syariah atau spin off pada 2014, walaupun modal unit usaha itu sudah mencukupi untuk menjadi bank umum syariah.
Per akhir 2012, modal inti UUS BTN sudah mencapai Rp668 miliar. Syarat mendirikan bank umum syariah adalah memiliki modal inti sebesar Rp500 miliar.
Bank badan usaha milik negara (BUMN) itu berharap pada saat spin off, modal inti bank umum syariah (BUS) baru tersebut telah menyentuh angka Rp1 triliun.
Penambahan modal tersebut didapat secara organik sejalan dengan pertumbuhan bisnis unit syariah hingga 2014.
Mas Guntur Dwi. S, Direktur BTN, mengatakan rencana spin off UUS sudah masuk dalam rencana bisnis bank (RBB) yang disampaikan ke Bank Indonesia.
"Sebenarnya, kalau mau memisahkan secepatnya juga sudah memenuhi batas bawah permodalan. Hanya saja, sesuai rencana awal, spin off baru dilakukan pada 2014," katanya, Kamis (18/4) malam.
BTN, lanjutnya, memilih mendirikan bank umum syariah secara organik dibandingkan dengan mengakuisisi bank lain.
Mas Guntur beralasan mengakuisisi bank memiliki konsekuensi, seperti perlu membangun dan menyamakan budaya perusahaan lagi.
Selain itu, lanjutnya, perlu ada pembenahan dan menyelesaikan apabila ada permasalahan yang terjadi sebelumnya.
Menurutnya, spin off UUS merupakan perencanaan strategis perusahaan dalam upaya mendorong pertumbuhan bisnis perseroan.
Senior Vice President Divisi Syariah BTN Yoharsyah S. Adam, mengatakan banknya tidak ingin terburu-buru mendirikan BUS demi menjaga keberlangsungan usaha bank syariah itu sendiri ke depannya.
"Berdasarkan pengalaman bank lain, apabila terburu-buru malah bisa stagnan pada tahun pertama dan kedua," ujarnya.
Dia mengatakan pertimbangan lain spin off dilakukan pada tahun depan ialah menghitung kesiapan sumber daya manusia, teknologi informasi dan standar operasional.
Saat ini, jaringan kantor UUS BTN terdiri dari 22 unit kantor cabang, 21 unit kantor cabang pembantu syariah, dan tujuh unit kantor kas.
Manajemen menargetkan spin off akan terlaksana apabila jumlah jaringan kantor UUS tersebut sudah berjumlah 50 unit.
Selain BTN, PT Bank CIMB Niaga Tbk juga memutuskan tidak terburu-buru memisahkan UUS menjadi BUS.
Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid menguraikan pihaknya tidak akan menjadikan unit usaha syariah menjadi bank umum tersendiri dalam waktu dekat.
Mengutip data perseroan, penyaluran pembiayaan UUS CIMB Niaga per Desember 2012 sebesar Rp7,63 triliun atau tumbuh 133% dibandingkan 2011 yang Rp3,27 triliun.
Dari realisasi itu, pembiayaan konsumer tumbuh 766% dari Rp432 miliar menjadi Rp3,7 triliun. Pembiayaan komersial yang tumbuh 60% dari Rp716 miliar menjadi Rp1,1 triliun. Sedangkan pembiayaan corporate meningkat 38% dari Rp621 miliar menjadi Rp855 miliar.
Berdasarkan produk, pembiayaan kepemilikan kendaraan meningkat paling signifikan sebesar 569% dari Rp541 miliar pada 2011 menjadi Rp3,6 triliun pada 2012.
Dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp6,99 triliun, tumbuh 69% dibandingkan dengan 2011 sebesar Rp4,14 triliun.
Aset CIMB Niaga Syariah per 31 Desember 2012, menjadi Rp9,07 triliun dan pada 011 sebesar Rp5,26 triliun.
Laba sebelum pajak Rp138 miliar pada 2012 meningkat 88% dari periode sebelumnya Rp73 miliar.(faa)