Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lebih dari 2 Juta Restoran di Seluruh Dunia Hampir Bangkrut

Saat ini, dunia tengah berada di jalur perubahan radikal dari segi lanskap layanan makanannya.
Pengunjung menikmati makanan di meja makan yang bersekat di pusat jajanan serba ada (pujasera) atau food court Pasar Atom, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (9/6/2020)./Antara-Moch Asimn
Pengunjung menikmati makanan di meja makan yang bersekat di pusat jajanan serba ada (pujasera) atau food court Pasar Atom, Surabaya, Jawa Timur, Selasa (9/6/2020)./Antara-Moch Asimn

Bisnis.com, JAKARTA -- Setiap pekan, selalu ada data baru yang menunjukkan bagaimana pandemi Covid-19 secara permanen akan membentuk ulang industri restoran.

Saat ini, dunia tengah berada di jalur perubahan radikal dari segi lanskap layanan makanannya.

Berdasarkan catatan kantor konsultan Aaron Allen & Associates, ratusan restoran di seluruh dunia telah mengajukan kebangkrutan selama tiga bulan terakhir, dan situasinya siap untuk terus memburuk.

"Berdasarkan perkiraan kami, sekitar 10% dari semua restoran di seluruh dunia akan tutup, dengan 20% atau lebih juga akan melalui proses restrukturisasi, ini adalah kasus yang konservatif, dalam pandangan kami," kata pendiri perusahaan, Aaron Allen, seperti dikutip melalui Bloomberg, Selasa (23/6).

Allen memperkirakan saat ini ada sekitar 22 juta restoran di seluruh dunia, sehingga proyeksi menyiratkan bahwa 2,2 juta di antaranya akan ditutup. Di AS, industri ini mempekerjakan 15,6 juta orang, menurut data National Restaurant Association.

OpenTable, aplikasi yang melacak aktivitas restoran melalui pemesanan, memperkirakan tingkat kegagalan bisa lebih tinggi.

Bahkan sebelum pandemi global menyebabkan perubahan dramatis dan perilaku konsumen yang belum pernah terjadi sebelumnya, industri restoran menderita karena meningkatnya utang dan terlalu banyak kompetisi.

Rantai restoran seperti TGI Fridays dan Cousins Subs tidak akan membuka kembali sejumlah lokasi yang ditutup, dan pemegang waralaba rantai besar juga semakin merasakan tekanan.

Para pemilik restoran dan kelompok lobi mengeluhkan bahwa program bantuan pemerintah AS tidak menjawab kebutuhan nyata pemilik restoran yang dihadapi dengan rendahnya pemesanan.

Pembatasan sosial turut menghambat pemasukan apalagi kebutuhan mereka tidak hanya sekadar untuk membayar gaji para pekerja.

Untuk saat ini, restoran berusaha menemukan cara baru untuk bertahan hidup, mulai dari diskon dan layanan drive thru, hingga penjualan bahan makanan siap saji. Banyak juga yang mengurangi staf dan memangkas menu untuk mengurangi biaya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nirmala Aninda
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper