Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Butuh Armada Untuk Ekspansi, Bos AirAsia Lirik Pabrikan Pesawat China

CEO Capital A Tony Fenandes terbuka terhadap kemungkinan pembelian pesawat selain buatan Boeing atau Airbus untuk AirAsia.
CEO AirAsia Group Tony Fernandes./Bisnis-Nurul Hidayat
CEO AirAsia Group Tony Fernandes./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - CEO Capital A, Tony Fenandes, tidak menutup kemungkinan untuk membeli pesawat selain buatan Boeing atau Airbus untuk AirAsia seiring dengan kebutuhan perusahaan untuk berekspansi.

Salah satu pabrikan yang menjadi pertimbangan perusahaan adalah Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC).

Sebagai informasi, Capital A merupakan induk perusahaan yang membawahi Malaysia AirAsia dan AirAsia Aviation Group yang beroperasi di Indonesia, Filipina, dan Thailand.

Fernandes mengatakan, saat ini terdapat masalah rantai pasok yang menyebabkan tersendatnya produksi pesawat. Dia mengatakan, untuk terus berekspansi dan berkembang, AirAsia membutuhkan armada pesawat dalam jumlah yang cukup besar. 

Dia menuturkan, saat ini AirAsia mengoperasikan sekitar 400 armada pesawat yang tersebar di seluruh wilayah operasi, di antaranya Malaysia, Filipina, dan juga Indonesia. Oleh karena itu, pihaknya tidak menutup kemungkinan untuk membeli pesawat selain buatan dua pabrikan terbesar di dunia, yakni Boeing dan Airbus.

Fernandes menuturkan, salah satu pabrikan yang dipertimbangkan oleh pihaknya adalah COMAC yang berasal dari China. Namun, dirinya tidak memerinci secara detail apakah sudah ada kesepakatan antara kedua pihak terkait rencana pembelian pesawat.

"Saya tidak akan pernah bilang tidak [kemungkinan pembelian pesawat dari COMAC], tetapi untuk terus berkembang kami akan membutuhkan armada yang besar. Jadi, kami kemungkinan harus melihat di luar Airbus untuk membeli pesawat-pesawat tersebut," jelas Fernandes dalam media briefing, Rabu (24/4/2024).

Dia menuturkan, saat ini satu-satunya pabrikan yang dapat memproduksi pesawat dalam jumlah besar per bulannya adalah Airbus. Dia menuturkan, saat ini Airbus memproduksi sekitar 75 pesawat per bulannya untuk jenis A320.

Sementara itu, dia menyebut Boeing masih mengalami kesulitan untuk memproduksi 20 pesawat per bulannya. Namun, Fernandes optimistis jumlah produksi pesawat Boeing dapat kembali ke level yang optimal ke depannya.

"Saya yakni Boeing akan kembali kuat nantinya, tetapi itu butuh waktu," jelas Fernandes.

Sebelumnya, Head of Indonesia Affairs and Policy AirAsia Indonesia Eddy Krismeidi Soemawilaga mengatakan, pihaknya saat ini tengah fokus melakukan reaktivasi armada yang ada. Dia menjelaskan, hingga Desember 2023, AirAsia telah mengoperasikan 25 dari total 32 pesawat yang dimiliki oleh perusahaan. 

Eddy menuturkan, AirAsia Indonesia akan berupaya untuk mereaktivasi tujuh armada pesawat yang belum operasional terlebih dulu. Kemudian, AirAsia juga akan memaksimalkan utilisasi seluruh pesawat yang ada dengan pembukaan rute domestik maupun internasional. 

Selain itu, perusahaan juga akan memperluas jaringan di Asia dan Pasifik, dengan memasuki pasar yang baru dan mengamankan pangsa pasar pada rute-rute yang ditargetkan. 

Dia menuturkan, AirAsia juga berencana untuk memasuki 6 negara baru dan meluncurkan 13 rute internasional baru pada tahun ini. Eddy mengatakan, upaya ini merupakan strategi perusahaan dalam melakukan diversifikasi ke pasar baru untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, mengurangi risiko, dan meningkatkan pendapatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper