Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bos BI Was-was Konflik Iran vs Israel Kerek Inflasi dan Bikin Global Suram

Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkap dampak konflik Timur Tengah antara Iran vs Israel terhadap inflasi dan ekonomi global.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Hasil RDG pada Kamis (21/12/2023)./ Dok tangkapan Youtube Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Konferensi Pers Hasil RDG pada Kamis (21/12/2023)./ Dok tangkapan Youtube Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa dinamika ekonomi dan keuangan global berubah sangat cepat seiring dengan risiko dan ketidakpastian yang meningkat, termasuk akibat konflik Iran vs Israel

Hal ini terutama dipengaruhi oleh perubahan arah kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS) dan memburuknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.  

“Tetap tingginya inflasi dan kuatnya pertumbuhan ekonomi AS, mendorong spekulasi penurunan Fed Funds Rate [FFR] yang lebih kecil dan lebih lama dari perkiraan, higher for longer,” katanya dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG), Rabu (24/4/2024).

Perry menjelaskan perkembangan tersebut dan besarnya kebutuhan utang AS telah mengakibatkan terus meningkatnya yield US Treasury dan penguatan dolar AS yang semakin tinggi secara luar.

Hal ini memicu pelemahan mata uang dunia, termasuk yen Jepang dan yuan China. Ketidakpastian yang diperparah oleh naiknya ketegangan geopolitik di Timur Tengah telah menyebabkan investor global beralih ke aset yang lebih aman, khususnya mata uang dolar AS dan emas.

Akibatnya, terjadi pelarian modal keluar (capital outflow) dan pelemahan nilai tukar yang semakin besar di berbagai negara, termasuk di negara berkembang.

Perry menyampaikan risiko terkait arah FFR dan dinamika ketegangan geopolitik di global akan terus dicermati karena dapat mendorong berlanjutnya ketidakpastian pasar keuangan global, meningkatnya tekanan inflasi, dan menurunnya prospek ekonomi dunia.

“Kondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global tersebut terhadap perekonomian di negara-negara, termasuk emerging markets, termasuk indonesia,” tuturnya.

Bank Indonesia (BI) akhirnya menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 23-24 April 2024 di saat anjloknya nilai tukar rupiah. 

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkap alasan Dewan Gubernur BI menaikkan suku bunga acuan atau BI Rate di level 6,25% pada April 2024. 

"Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pada 23 dan 24 April 2024 memutuskan untuk menaikkan BI Rate 25 basis poin menjadi sebesar 6,25%,” ujarnya dalam konferensi pers RDG BI, Rabu (17/1/2024).

Dengan demikian, suku bunga Deposit Facility naik menjadi sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility naik menjadi 7,00%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper