Konflik Rusia-Ukraina Bisa Picu Kenaikan Harga Pangan

Perang antara Rusia-Ukraina secara tidak langsung memberi dampak bagi penghasilan lebih dari 29 juta petani di Indonesia
Beberapa kendaraan terbakar setelah Rusia meluncurkan rudal ke Ibu Kota Kyiv, Ukraina pada Senin (10/10/2022). Serangan ini meningkatkan esklasi perang Rusia vs Ukraina/The Moscow Times
Beberapa kendaraan terbakar setelah Rusia meluncurkan rudal ke Ibu Kota Kyiv, Ukraina pada Senin (10/10/2022). Serangan ini meningkatkan esklasi perang Rusia vs Ukraina/The Moscow Times

Bisnis.com, JAKARTA - Perang antara Rusia-Ukraina secara tidak langsung memberi dampak bagi penghasilan lebih dari 29 juta petani di Indonesia. Pasalnya, harga pupuk yang mengandung nitrogen sangat berkaitan dengan harga komoditas minyak dan gas. Sejak Oktober 2021 hingga Agustus 2022, harga minyak mentah telah mencatat kenaikan lebih dari 50%.

Said Abdullah, Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) mengatakan bahwa Perang Rusia-Ukraina berdampak besar terhadap sektor pertanian dalam konteks input, khususnya di Indonesia. “Degradasi lahan kita memerlukan lebih banyak pupuk. Jika ada gangguan sekecil apapun di negara pengekspor, maka hal ini akan berdampak langsung pada ketersediaan pupuk,” ujarnya.

Presiden Joko Widodo, pada Maret, mengatakan bahwa Indonesia membutuhkan 13 juta ton pupuk setiap tahun, sedangkan negara ini hanya mampu memproduksi 3,5 juta ton pupuk dan masih kekurangan lebih dari 3 juta ton. Pemerintah Indonesia terpaksa mengambil langkah. Perusahaan pupuk milik negara PT Pupuk Kalimantan Timur (Pupuk Kaltim) berinvestasi setidaknya US$1 miliar untuk meningkatkan kapasitasnya.

Sebelum Rusia menginvasi Ukraina, angka inflasi pangan berada pada posisi sedikit lebih dari 2% hingga bahkan mendekati 10% pada akhir tahun dibandingkan dengan angka pada November tahun lalu yang menjadi sekitar 6,71% saat ini.

Konflik Rusia-Ukraina Bisa Picu Kenaikan Harga Pangan

Ketika Presiden Jokowi mengunjungi Kyiv dan Moskow pada Juli 2022,  bersamaan dengan dipercayanya Indonesia sebagai presidensi kelompok negara-negara ekonomi G20, Presiden RI juga mengemban misi untuk kepentingan dalam negeri. “Misi saya adalah membangun perdamaian, karena perang harus dihentikan dan [dampaknya] terhadap rantai pasokan pangan harus dihapuskan,” ujarnya.

Ukraina kini telah membangun koridor maritim untuk mengekspor komoditas pertaniannya dari pelabuhan Laut Hitam, seraya menentang upaya Rusia untuk mencegah negara tersebut mengekspor produk-produknya. Proyek itu sukses; hingga akhir Januari 2024, sebanyak 19 juta ton kargo produk ekspor telah dikirimkan, termasuk 13,4 juta ton produk pertanian.

Perkembangan itu disambut baik, termasuk oleh Indonesia yang telah menerima lebih dari setengah juta ton gandum dari Ukraina melalui koridor ini.

Indonesia berjarak ribuan kilometer dari medan perang Ukraina, tetapi sangat bergantung pada pasokan gandum dari negara itu untuk memenuhi kebutuhan produksi roti dan mie. Selain itu, Indonesia juga bergantung pada harga minyak yang stabil untuk dapat menjaga agar harga pupuk dapat tetap terjangkau. Perang Rusia - Ukraina berdampak buruk bagi keduanya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy meminta dukungan terhadap 10 poin rencana perdamaian yang akan mengakhiri pendudukan Rusia di seluruh Ukraina – termasuk Krimea, yang dianeksasi Rusia pada 2014.

Konten ini dibuat oleh Bisnis Indonesia dan disponsori oleh FCDO.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper