Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Taipan Properti Vietnam Divonis Mati Buntut Korupsi Rp198 Triliun

Taipan properti asal Vietnam Truong My Lan dijatuhi hukuman mati terkait dengan kasus korupsi dengan nilai nyaris Rp200 triliun.
Taipan properti asal Vietnam Truong My Lan dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Vietnam terkait dengan kasus penipuan dengan nilai mencapai US$12,46 miliar atau nyaris Rp200 triliun - Bloomberg
Taipan properti asal Vietnam Truong My Lan dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Vietnam terkait dengan kasus penipuan dengan nilai mencapai US$12,46 miliar atau nyaris Rp200 triliun - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Taipan properti asal Vietnam Truong My Lan dijatuhi hukuman mati oleh Pengadilan Vietnam karena perannya dalam kasus penipuan dengan nilai mencapai US$12,46 miliar atau nyaris Rp200 triliun.

Kasus penipuan ini tidak hanya menjadi yang terbesar di Vietnam, tetapi juga menjadi skandal korupsi properti terbesar se-Asia Tenggara.

Melansir Bloomber, Kamis (11/4/2024), vonis hukuman mati untuk Truong My Lan oleh Pengadilan Vietnam dilakukan dengan mempertimbangkan tekad Partai Komunis untuk menindak tegas korupsi.

Untuk diketahui, Truong My Lan merupakan Ketua Grup Van Thinh Phat yang berusia 67 tahun ini ditangkap pada 2022 lalu. Dia menghadapi dakwaan termasuk penyuapan terhadap pejabat pemerintah dan pelanggaran aturan pinjaman bank.

Kasus utama yang menjeratnya adalah penggelapan dana dari Saigon Commercial Bank antara Februari 2018 dan Oktober 2022.

Berdasarkan hukum acara pidana Vietnam, Lan berhak mengajukan banding atas putusan Pengadilan Rakyat Kota Ho Chi Minh dalam waktu 15 hari.

Meskipun hukuman mati dijatuhkan atas tuduhan penggelapan, pengadilan juga menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara masing-masing atas dua tuduhan lainnya, yaitu melanggar peraturan perbankan dan menawarkan suap.

Selain itu, Lan juga diharuskan membayar kompensasi sekitar 674 triliun dong (US$27 miliar) atau lebih dari dua kali lipat jumlah $12 miliar yang diterimanya karena menipu Bank Komersial Saigon.

Penangkapannya, yang awalnya atas tuduhan penipuan obligasi, telah menyebabkan kepanikan di antara para deposan SCB, yang memicu kebangkrutan bank tersebut. Peristiwa tersebut mengakibatkan Bank Negara Vietnam mengambil kendali atas pemberi pinjaman tersebut.

Adapun, hukuman mati bukanlah hal yang aneh di Vietnam yang menganut paham Komunis, di mana hukuman mati diberikan untuk 22 pelanggaran, termasuk pembunuhan, perampokan bersenjata, perdagangan narkoba, dan pemerkosaan, hukuman mati relatif jarang dijatuhkan untuk kejahatan ekonomi.

Hukuman mati terakhir yang dipublikasikan secara luas atas tuduhan korupsi terjadi pada 2013 lalu. Saat itu, dua mantan eksekutif Vietnam National Shipping Lines dinyatakan bersalah melakukan penggelapan.

Persidangan Lan menyoroti kampanye antikorupsi Vietnam selama bertahun-tahun yang dipelopori oleh Sekretaris Partai Komunis Nguyen Phu Trong. Dorongan ini telah menyentuh semua sektor masyarakat dan tingkat tertinggi pemerintahan dan terjadi ketika negara Asia Tenggara ini menjadi pusat rantai pasokan global bagi perusahaan-perusahaan seperti Apple Inc. dan Samsung Electronics Co.

Van Thinh Phat (VTP) yang merupakan perusahaan milik Lan diketahui memiliki beberapa properti paling bergengsi di pusat komersial Kota Ho Chi Minh. Selama persidangan, Lan menawarkan kompensasi atas kerugian yang diderita Saigon Commercial Bank.

Secara keseluruhan, 86 terdakwa diadili dalam kasus ini, termasuk suami Lan, pengusaha Hong Kong Eric Chu, dan keponakannya, Chief Executive Officer VTP Truong Hue Van.

Do Thi Nhan, mantan kepala unit inspeksi dan pengawasan Bank Negara, dijatuhi hukuman penjara seumur hidup setelah dinyatakan bersalah menerima suap sebesar $5,2 juta. Selain itu, tiga mantan eksekutif Saigon Commercial Bank juga menerima hukuman seumur hidup.

Suami Lan dijatuhi hukuman 9 tahun penjara karena melanggar peraturan perbankan. Keponakannya dijatuhi hukuman 17 tahun penjara setelah dinyatakan bersalah melakukan penggelapan aset.

Lan melalui pengacaranya pada Maret 2024 lalu mengatakan dia tidak dengan sengaja melanggar hukum atau menyebabkan kerugian pada negara dan para penabung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper