Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laju Inflasi Diproyeksi Meroket pada April 2024, Terkerek Momentum Lebaran

Inflasi April 2024 diproyeksi meningkat terkerek momentum Ramadan dan Lebaran, terlebih harga sejumlah komoditas pangan naik cukup tinggi.
Aktivitas jual beli kebutuhan pokok di Pasar Minggu. Bisnis/Nurul Hidayat
Aktivitas jual beli kebutuhan pokok di Pasar Minggu. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Tekanan inflasi di dalam negeri diperkirakan naik signifikan pada April mendatang, yang salah satunya dipengaruhi oleh momentum Lebaran.

Berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI), Indeks Ekspektasi Harga Umum (IEH) April 2024 tercatat sebesar 165,9, melonjak drastis dari 137,2 pada periode sebelumnya.

“IEH April meningkat didorong kenaikan harga seiring HBKN [Hari Besar Keagamaan Nasional] Idulfitri 2024,” tulis BI dalam laporan Survei Penjualan Eceran, Kamis (14/3/2024).

Sejalan dengan itu, tekanan inflasi pada Juli 2024 juga diperkirakan meningkat, dengan IEH tercatat sebesar 146,7, naik dari 125,8 pada bulan sebelumnya.

Peningkatan IEH pada Juli 2024 terutama didorong oleh liburan sekolah dan dimulainya tahun ajaran baru.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa faktor Ramadan memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan harga.

Apalagi, harga beberapa komoditas pangan hingga awal Ramadan relatif tinggi. Hal ini yang menyebabkan ekspektasi inflasi pada April 2024 meningkat tajam.

“Di sisa Ramadan permintaan terhadap berbagai kebutuhan pangan masih akan relatif tinggi sehingga tingginya permintaan dari faktor Ramadan dan juga faktor tingginya baseline harga pangan jauh sebelum Ramadan terjadi tentu akan mempengaruhi inflasi secara umum,” katanya kepada Bisnis, Kamis (14/3/2024).

Dia mengatakan, tingginya harga pangan memberikan dampak paling signifikan terhadap daya beli kelompok menengah karena kelompok masyarakat ini tidak mendapatkan bantuan dari pemerintah dan secara klasifikasi pendapatannya belum terlalu tinggi untuk lebih fleksibel dalam melakukan konsumsi.

Menurutnya, jika pemerintah tidak berhasil melakukan mitigasi untuk menurunkan harga pangan di sepanjang bulan Ramadan dan menjelang Lebaran, hal ini juga berdampak pada penyesuaian konsumsi di masyarakat.

“Salah satunya misalnya mereka bisa saja tidak melakukan aktivitas mudik ataupun ketika mereka melakukan aktivitas mudik, tentu aktivitas dari konsumsi sepanjang mudik itu berpotensi tidak terlalu besar, apalagi jika dibandingkan dengan periode mudik sebelumnya,” jelasnya.

Dia menyampaikan, dalam hal ini, pemerintah perlu berupaya menekan harga pangan yang saat ini sudah tinggi. Salah satunya, melalui operasi pasar yang lebih intens, terutama pada provinsi ataupun daerah yang disinyalir mencatatkan kenaikan harga pangan yang relatif tinggi. 

“Pada saat yang bersamaan, pemerintah juga perlu mengantisipasi inflasi lain selain pangan yang bisa mempengaruhi inflasi secara umum, misalnya inflasi dari sektor transportasi. Artinya batas harga untuk berbagai model transportasi perlu dipertimbangkan dan disesuaikan dengan kemampuan daya beli masyarakat saat ini,” tutur Yusuf.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper