Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menteri ESDM Bicara Nasib Tarif Listrik dan Harga BBM, Bakal Naik?

Kementerian ESDM berupaya menahan tarif listrik hingga harga BBM tetap stabil hingga Juni 2024.
Petugas memeriksa meteran listrik di salah satu Rumah Susun di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Arief Hermawan P
Petugas memeriksa meteran listrik di salah satu Rumah Susun di Jakarta, Rabu (6/7/2022). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, SURABAYA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif tengah mengkaji tambahan anggaran subsidi energi untuk menahan tarif listrik hingga harga bahan bakar minyak (BBM) tetap stabil hingga Juni 2024.

Arifin mengatakan pemerintah memutuskan untuk tidak menaikan tarif komoditas energi itu di tengah reli harga pangan awal tahun ini.

“Otomatis kan harus ada [tambahan subsidi], kalau ga rugi Pertamina, sementara perusahaan tidak boleh rugi,” kata Arifin di Gresik, Kamis (29/2/2024).

Kendati demikian, Arifin mengatakan, hitung-hitungan tambahan kuota hingga anggaran itu masih dimatangkan selepas rapat kabinet, Senin (26/2/2024).

Saat ini, kata dia, kementeriannya masih berpegang pada proyeksi dan anggaran subsidi energi yang telah ditetapkan dalam anggaran pendapatan dan belanja (APBN) 2024.

“Kita masih pegang yang lama, dampak dari pada ini belum kita hitung balik, tapi pasti ada, untungnya kurs aman sekarang ini,” tuturnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan pemerintah telah memutuskan untuk tidak menaikkan tarif listrik dan harga BBM hingga Juni 2024 dalam rapat kabinet, Senin (26/2/2024).

Untuk memenuhi kebijakan ini, Airlangga menekankan bahwa pemerintah membutuhkan tambahan anggaran bagi PT Pertamina (Persero) maupun PT PLN (Persero) selaku penyedia dua jenis energi tersebut.

Pemerintah telah berencana melebarkan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2024 untuk memenuhi kebutuhan anggaran ini. Meski demikian, Airlangga tidak menyebutkan berapa jumlah kebutuhan anggarannya.

“Itu akan membutuhkan additional anggaran untuk Pertamina maupun PLN. Itu akan diambil dari SAL [Sisa Anggaran Lebih] atau pelebaran defisit anggaran di 2024,” ujarnya.

Pasalnya, dalam rapat tersebut pula pemerintah turut menetapkan outlook defisit APBN 2024 di rentang 2,3% hingga 2,8%, naik sekitar 0,5% dari rencana APBN awal yang sebesar 2,29%.

Selain untuk memenuhi kebutuhan subsidi tersebut, terkereknya defisit akibat adanya penambahan subsidi pupuk senilai Rp14 triliun serta Bantuan Langsung Tunai (BLT) Rawan Pangan sebagai lanjutan dari BLT El Nino tahun lalu yang mencapai Rp11 triliun.

Seperti diketahui, pemerintah mengalokasikan anggaran untuk belanja subsidi energi sebesar Rp189,1 triliun untuk tahun ini, meningkat signifikan jika dibandingkan dengan realisasi pada 2023.

Jika dibandingkan dengan realisasi belanja subsidi energi pada 2023 yang sebesar Rp164,29 triliun, alokasi anggaran untuk belanja subsidi pada 2024 naik sebesar 15,1%.

Bisnis mencatat perincian dari alokasi belanja subsidi energi pada 2024 terdiri atas subsidi jenis BBM tertentu dan LPG tabung 3 Kg sebesar Rp113,27 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp75,83 triliun.

Volume LPG yang disubsidi ditetapkan sebesar 8,03 juta metrik ton dan volume BBM disepakati sebesar 19,58 juta kiloliter. Sementara itu, subsidi tetap minyak solar ditetapkan Rp1.000 per liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper