Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Minta Pemerintah Patok Kuota Jumbo Pengembangan PLTS Atap

Pengusaha panel surya meminta pemerintah untuk memberikan alokasi kuota pengembangan sistem PLTS atap yang besar pada periode 2024-2028.
Teknisi melakukan pengecekan rutin PLTS atap Trans Studio Mall, Bandung, Jawa Barat, Selasa (28/11/2023)/Bisnis-Rachman
Teknisi melakukan pengecekan rutin PLTS atap Trans Studio Mall, Bandung, Jawa Barat, Selasa (28/11/2023)/Bisnis-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — Pengusaha panel surya meminta pemerintah untuk memberikan alokasi kuota pengembangan sistem PLTS atap yang besar pada periode 2024-2028. 

Direktur Utama PT Sky Energy Indonesia Tbk (JSKY) Jung Fan berpendapat kuota jumbo untuk pengembangan PLTS atap diharapkan dapat membantu mengerek investasi pembangkit surya yang ditarget terpasang sampai 3,6 gigawatt (GW) pada 2025 nanti. 

“Alokasi kuota untuk PLTS atap haruslah cukup besar untuk mencapai sasaran tersebut,” kata Jung Fan ketika dihubungi, Jumat (23/2/2024). 

Selepas beleid revisi PLTS atap diteken akhir Januari lalu, pemegang izin usaha penyediaan tenaga listrik (IUPTLU) bersama dengan Kementerian ESDM mesti merumuskan kuota paling lambat 3 bulan sejak peraturan menteri (Permen) anyar itu diundangkan. 

Di sisi lain, Jung Fan menilai positif periode 5 tahunan kuota yang diberikan pemerintah lewat revisi beleid tersebut. Menurut dia, rentang waktu itu bakal memberi kepastian bisnis bagi pengembang PLTS atap nantinya. 

“Waktu 5 tahunan ini mungkin cukup ideal untuk industri PLTS karena memang akan membantu memberi kepastian pendapatan selama 5 tahun,” tuturnya. 

Setali tiga uang dengan Jung Fan, Chief Commercial Officer SUN Energy Dion Jefferson meminta pemerintah untuk memperhatikan penetapan kuota dari PLN atas kapasitas setrum yang bisa dipasang konsumen.

Dion meminta adanya penetapan kuota yang transparan nantinya untuk pemasangan PLTS atap yang bakal diusulkan PLN. 

“Karena persetujuan PLTS atap on-grid berdasarkan kuota yg diberikan kepada pelanggan yang mengajukan, perlu dilakukan secara transparan,” kata Chief Commercial Officer SUN Energy Dion Jefferson saat dihubungi, Selasa (6/2/2024). 

Di sisi lain, dia berpendapat hilangnya ketentuan ekspor listrik berlebih ke sistem PLN diperkirakan bakal menggerus investasi PLTS atap pada sektor residensial dan sosial.  

“Penggunaan listrik mereka [residensial dan sosial] tidak terlalu besar di siang hari sehingga tidak adanya ekspor listrik ke PLN ini mungkin akan mengurangi keekonomian dari proyek PLTS,” kata dia.

Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) bersama dengan PT PLN (Persero) tengah merumuskan kuota pengembangan sistem PLTS atap untuk periode 2024-2028. 

“[Kuota] lagi dibahas jadi tahun ini berapa, itu belum keluar,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (23/2/2024).  

Dadan menargetkan kuota PLTS atap itu dapat mengejar ketertinggalan pemasangan kapasitas pembangkit listrik surya yang dipatok di level 3,6 gigawatt (GW) sampai akhir 2025 mendatang.  

Lewat data Kementerian ESDM, akumulasi kapasitas pemasangan PLTS hingga akhir 2023 berada di level 573,8 megawatt (MW). Adapun, PLTS atap diperkirakan hanya menyumbang sekitar 90 MW hingga akhir tahun lalu. 

Otoritas ketenagalistrikan menargetkan akumulasi kapasitas terpasang panel surya tahun ini dapat menyentuh di kisaran 770,7 MW. 

Lewat revisi beleid ini, Dadan mengatakan, kementeriannya bakal menyasar pasar industri dan komersial yang relatif memiliki kemampuan atau skala pasang yang besar.  

“Memang PLTS atap yang sekarang agak sulit untuk rumah tangga karena kan tidak ada ekspor impor, tidak ada titip. Kalau dulu kan bisa,” kata dia.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper