Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh! Resesi Jepang dan Inggris Ancam Ekspor Mebel RI

Pelaku industri mebel telah merancang strategi untuk mengantisipasi dampak resesi Jepang dan Inggris yang menjadi tujuan pasar utama ekspor Indonesia.
Pengunjung berada di salah satu stand pameran International Furniture Expo (IFEX) 2017 di Jakarta, Senin (13/3)./JIBI-Dwi Prasetya
Pengunjung berada di salah satu stand pameran International Furniture Expo (IFEX) 2017 di Jakarta, Senin (13/3)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) optimistis pertumbuhan industri olahan kayu akan tumbuh 5%-6% tahun ini, meskipun beberapa pasar ekspor utama yakni Inggris dan Jepang masuk ke jurang resesi

Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur, mengatakan pihaknya telah merancang strategi untuk dapat mewujudkan target pertumbuhan tersebut, salah satunya dengan penjajakan ekspor ke pasar nontradisional ke India dan Timur Tengah.

"Tentu kami tidak meninggalkan market tradisional. Untuk menutupi angka penurunan yang terjadi, kami melakukan market offset strategy," kata Sobur kepada Bisnis, Rabu (21/2/2024). 

Strategi tersebut dilakukan dengan menggeser sementara fokus orientasi pasar dalam upaya mengimbangi penurunan permintaan dari pasar tradisional, termasuk Jepang dan Inggris.

Selama ini, Jepang dan Inggris menjadi salah satu tujuan pasar utama eskpor mebel dan kerajinan karena volume yang cukup besar. Meskipun, pangsa pasar ekspor furnitur ke Amerika Serikat lebih gemuk.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor furnitur (HS 94) ke Jepang mengalami penurunan dari US$174,71 juta dengan volume 63.041 ton pada 2022 menjadi US$141,15 atau 53.715 ton pada 2023.

Sementara itu, ekspor furnitur ke Inggris pun anjlok, dari US$58,34 juta dengan volume 21.085 ton sepanjang 2022 menjadi US$45,76 juta atau sebanyak 17.402 ton tahun lalu.

"Kami sudah melakukan upaya untuk mengantisipasi kondisi tersebut, seperti melakukan penetrasi market lain ke pasar emerging market yang dinilai memiliki tingkat pertumbuhan perekonomian yang masih relatif stabil, seperti ke India dan Negara di kawasan Timur Tengah, Afrika," ujarnya.

Adapun, negara yang saat ini telah dan sedang dioptimalkan adalah penjajakan ke pasar emerging market yaitu ke India dan China sebagai negara dengan perekonomian terbesar di Asia.

Tidak hanya itu, negara yang juga menjadi tujuan pengembangan pasar lainnya adalah Timur Tengah seperti Qatar, Uni Emirat Arab, Arab Saudi dan Oman dan negara Timur Tengah lainnya.

"Arab Saudi misalnya, saat ini telah sedang membangun Pusat Kota Baru yang tentunya membutuhkan furniture dan perlengkapan yang nilainya sangat besar," tuturnya.

Meskipun, tantangan untuk masuk ke pasar nontradisional tersebut cukup berat lantaran kompetitor dari negara lain memasang harga produk yang kompetitif dan ciri khas desainnya masing-masing.

Sobur mendorong pelaku usaha mebel untuk lebih gencar memberikan desain yang tepat sesuai dengan tuntutan tren di negara tujuan. Misalnya, produk sustainable yang makin diminati serta ada potensi di mana produk mebel dan kerajinan yang dikombinasikan dengan teknologi.

Lebih lanjut, Sobur menuturkan, isu pelemahan perekonomian dunia akan mempersulit dalam capaian target penjualan ekspor perusahaan. Namun, HIMKI tetap optimis penjualan ekspor akan tetap ada dan mengalami pertumbuhan walaupun tipis. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper