Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Taiwan dan Laut China Selatan Jadi Kunci Keberlanjutan Pertemuan AS-China

Pertemuan kembali antara AS dan China dinilai bergantung pada pelantikan Presiden Taiwan dan Laut China Selatan.
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pertemuan 2012 di Gedung Putih, Rabu (15/11/2023). / Bloomberg
Presiden China Xi Jinping dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden dalam pertemuan 2012 di Gedung Putih, Rabu (15/11/2023). / Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Amerika Serikat (AS) dan China tercatat beberapa kali melakukan perundingan tahun lalu, terlihat dari sejumlah pejabat AS yang berkunjung ke Negeri Tirai Bambu tersebut. Kira-kira, kapan kedua pihak akan bertemu kembali tahun ini?

Mengutip keterangan resmi Gedung Putih pada November 2023 lalu, Presiden AS Joe Biden dan Presiden China Xi Jinping disebut telah berdiskusi secara terbuka dan konstruktif. 

Terkait kapan pihak dari kedua negara akan saling bertemu kembali, Direktur Program Asia Tenggara dan Inisiatif Transparansi Maritim Asia di CSIS Washington DC. Greg Poling, mengatakan bahwa hal ini tergantung dari kondisi menjelang dan setelah pelantikan calon presiden Taiwan yang baru. 

“Seberapa besar Beijing merasa perlu menghukumnya? Lalu apakah mereka melanjutkannya setelah pelantikan? Itu akan menjadi ujian besar berikutnya,” terangnya dalam acara yang dihelat oleh Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), dikutip Selasa (20/2/2024).

Berdasarkan catatan Bisnis, Lai Ching-te atau William Lai secara tak terduga memenangkan pemilu dan menjadi Presiden Taiwan. Kemenangan tersebut terjadi di tengah peringatan China yang menganggap Lai sebagai ‘separatis’. 

Adapun di lain sisi China secara terang-terangan menentang Lai. Hasil pemilihan presiden tersebut kemudian dikatakan sebagai pilihan antara perang dan perdamaian. Tak hanya itu, Taiwan juga dikenal sebagai rumah industri semikonduktor terkemuka di dunia.

Terkait dengan Negeri Paman Sam, kementerian Luar Negeri China pada Januari 2023 lalu menyatakan perintah akan memberikan sanksi pada lima produsen militer Amerika Serikat (AS) sebagai respons terhadap penjualan senjata terbaru AS ke Taiwan. 

“Sangat merusak kedaulatan dan kepentingan keamanan China, sangat membahayakan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan,” jelas juru bicara kementerian luar negeri China. 

Penjualan AS ke Taiwan sering menjadi sumber ketegangan antara kedua negara. Adapun, China memandang Taiwan sebagai wilayahnya, yang ditolak oleh pemerintah Taiwan. 

Adapun, ada juga kekhawatiran bahwa seringnya China dan Filipina yang mengalami konflik di Laut China Selatan.

“Jadi saya terus-menerus khawatir, mengingat seringnya China dan Filipina terlibat di Laut Cina Selatan. Kita akan menyadari adanya krisis. Tidak ada yang menyangka,” lanjutnya. 

Reuters pada Selasa (20/2) juga melaporkan bahwa AS dan Filipina menggelar patroli udara gabungan di Laut China Selatan. 

Aksi tersebut merupakan sebagai salah satu bentuk aliansi pertahanan AS-Filipina, yang memicu kecaman dari China di tengah ketegangan  maritim di wilayah yang menjadi pusat sengketa tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper