Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekhawatiran di Balik Inflasi China Januari 2024 Turun Tajam, Ekonomi 'Mendingin'?

Indeks Harga Konsumen (IHK) China yang menunjukkan tingkat inflasi menurun dengan laju yang paling tajam dalam lebih dari 14 tahun terakhir.
Ilustrasi konsumen China yang melintasi toko-toko di Guangzhou, China dengan berjalan kaki. Bloomberg/qilai Shen
Ilustrasi konsumen China yang melintasi toko-toko di Guangzhou, China dengan berjalan kaki. Bloomberg/qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA -- Indeks Harga Konsumen (IHK) China telah menurun pada laju yang paling tajam dalam lebih dari 14 tahun pada Januari 2024, sementara harga-harga produsen juga menurun. 

Mengutip ReutersJumat (9/2/2024), penurunan inflasi ini memberi tambahan tekanan bagi para pembuat kebijakan. Inflasi merupakan tanda pergerakan perekonomi yang terekam dalam transaksi ekonomi. Inflasi diharapkan stabil dan cukup kuat bagi negara berkembang. Meski demikian, inflasi akan berbalik menjadi buruk jika terlalu tinggi dan disebabkan karena faktor distribusi maupun ketersediaan produk.

Dalam konteks China, inflasi yang menukik semakin kecil menandakan pendinginan yang membuttuhkan lebih banyak langkah, untuk menghidupkan kembali perekonomian dengan kepercayaan yang rendah dan adanya risiko deflasi. 

Berdasarkan data dari Biro Statistik Nasional (NBS) yang dirilis Kamis (8/2) waktu setempat, IHK pada Januari 2024 menurun 0,8% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), dan turun 0,3% jika dibandingkan pada bulan sebelumnya. 

Sedangkan, untuk IHK secara bulanan (month-to-month/mtm) naik 0,3% dari bulan sebelumnya. Ekonom yang disurvei oleh Reuters, memproyeksikan penurunan 0,5% (yoy) dan kenaikan sebesar 0,4% (mtm).

Dari data tersebut, penurunan inflasi tahunan pada Januari 2024 adalah yang terbesar sejak September 2009, terutama oleh penurunan tajam dalam harga makanan.

Tetapi para analis memperingatkan bahwa dorongan deflasi bagi ekonomi China sangat tergantung pada perilaku konsumen sebagai penggerak ekonomi.

Kepala ekonom di Pinpoint Asset Management, Zhiwei Zhang, mengatakan bahwa data IHK tersebut menunjukan bahwa China menghadapi tekanan deflasi secara terus-menerus. 

"China perlu mengambil tindakan dengan cepat dan agresif untuk menghindari risiko ekspektasi deflasi yang tertanam di kalangan konsumen,” tuturnya. 

Adapun, Negeri Tirai Bambu juga telah berjuang untuk mendapatkan momentum ekonomi sejak pembatasan Covid-19 pada akhir 2022. Investor yang gelisah telah menjual saham-saham China di tengah krisis properti yang mendalam dan risiko utang pemerintah daerah. 

Perlambatan harga juga telah berlangsung sejak awal tahun lalu, sehingga memaksa para pembuat kebijakan untuk memangkas suku bunga untuk mendorong pertumbuhan, ketika banyak negara maju berfokus untuk mengendalikan inflasi yang sangat tinggi. 

Permintaan global juga diketahui melesu, dengan survei resmi yang menunjukan bahwa aktivitas di sektor manufaktur China yang luas mengalami kontraksi pada Januari 2024. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper