Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SKK Migas Sebut Proyek Tangguh UCC Sudah Komersial untuk Dieksekusi

SKK Migas menyebut, proyek Tangguh UCC sudah komersial untuk dieksekusi di tengah persoalan biaya investasi dan operasi fasilitas tangkap karbon atau CCS.
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Kepala SKK Migas Nanang Abdul Manaf menargetkan desain dan rekayasa atau front-end engineering and design (FEED) Proyek Tangguh UCC dapat rampung akhir 2024. 

Proyek yang meliputi pengembangan lapangan gas Ubadari, enhanced gas recovery (EOR) melalui penangkapan, penggunaan dan penyimpanan karbon (EGR/CCUS) di Lapangan Vorwata, serta onshore compression itu sudah mendapat persetujuan pengembangan atau plan of development (PoD) dari SKK Migas pada 2021.  

“Sekarang kan sudah mulai proses tender untuk early work, misalnya untuk bangun tempat tinggal pekerja ribuan akomodasi dan kantor sudah mulai,” kata Nanang saat ditemui di Jakarta, Selasa (23/1/2024). 

Selepas FEED, onstream pertama dari proyek UCC itu ditargetkan dilakukan pada 2027 mendatang. Injeksi gas buang ke dalam reservoir itu diharapkan juga dapat meningkatkan produksi gas dari proyek LNG Tangguh. 

Nanang mengatakan, proyek itu belakangan sudah dinilai komersial untuk dieksekusi di tengah persoalan biaya investasi dan operasi fasilitas tangkap karbon atau CCS saat ini. 

“Bisa [komersial] dong, karena itu kan akan meningkatkan recovery factor untuk gas bisa sampai unlock 400 miliar kaki kubik [BCF],” kata dia. 

Proyek terintegrasi itu diperkirakan bakal menelan biaya investasi mencapai US$3 miliar setara dengan Rp45,69 triliun (asumsi kurs Rp15.230 per dolar AS).   

Tangguh EGR/CCUS akan mengurangi emisi hingga 33 mt CO2 hingga 2045 dengan menginjeksi CO2 ke reservoir di Lapangan Vorwata sebanyak 4 mt CO2 per tahun. 

Di sisi lain, bp menargetkan terdapat tambahan produksi sekitar 300 BSCF hingga 2035 atau 500 BFCD hingga 2045 nanti dari lapangan hasil pengembangan UCC tersebut.   

Seperti diberitakan sebelumnya, pemerintah tengah mengejar penyelesaian rancangan Peraturan Presiden (Perpres) tentang Carbon Capture and Storage (CCS) di luar wilayah kerja migas. 

Rencananya beleid itu kelar bulan ini untuk menopang keekonomian proyek serta memberi bagi hasil yang menarik untuk kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). 

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Kemenkomarves) Jodi Mahardi mengatakan, beberapa potensi komersialisasi CCS saat ini tengah dimatangkan pemerintah untuk meyakinkan KKKS berinvestasi pada infrastruktur kompleks penangkapan karbon saat ini.  

“Tentunya mengenai monetisasi ini akan kita bahas dalam Perpres, kita bahas dari sisi injection fee, royalti fee,” kata Jodi saat ditemui di Jakarta, Senin (11/9/2023).  

Beberapa opsi yang akan diakomodasi di dalam rancangan Perpres itu, di antaranya storage fee, injection fee, serta carbon credit. Hanya saja, opsi-opsi tersebut belum kunjung difinalisasi dalam rancangan beleid tersebut. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper