Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ESDM Minta PLN Kejar Ketertinggalan Eksekusi Proyek EBT Tahun Ini

Kementerian ESDM meminta PLN untuk mengejar ketertinggalan realisasi proyek energi baru terbarukan atau EBT dalam RUPTL.
Pembangkit listrik tenaga bayu./Istimewa
Pembangkit listrik tenaga bayu./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memproyeksikan penambahan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) skala besar baru bisa dieksekusi pada tahun ini hingga 2030 mendatang. 

Setelah eksekusi proyek tertunda sejak 2021 hingga 2023 dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030, Kementerian ESDM meminta PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN untuk mengejar ketertinggalan realisasi RUPTL di rencana tahun tersisa.

“Rencana [RUPTL] kan ada tahun ini, tahun depan, kita memantau yang seperti itu, salah satu dari per sekarang RUPTL-nya kan agak delay” kata Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta dikutip Jumat (5/1/2024).

Dadan mengatakan, kementeriannya terus melakukan evaluasi terkait dengan realisasi pembangunan pembangkit EBT yang tertuang dalam RUPTL 2021-2030. 

Dia meminta PLN untuk dapat mempercepat penyelesaian rencana pembangunan pembangkit EBT yang terlanjur terlambat beberapa tahun lalu. 

“Kalau menurut saya kelasnya PLN harusnya bisa mengeksekusi yang seperti itu,” kata Dadan. 

Kementerian ESDM memproyeksikan tambahan pembangkit EBT dari RUPTL PLN pada tahun ini berada di level 794 megawatt (MW), dari target yang ditetapkan sebesar 1,67 gigawatt (GW). 

Target penambahan pembangkit EBT itu naik drastis ke level 5,54 GW pada 2025, dengan proyeksi realisasi pembangunan di sekitaran 1,52 GW. 

Sementara itu, Kementerian ESDM mematok target penambahan pembangkit EBT pada 2026 ditetapkan di level 978 MW, dengan proyeksi capaian di level 5,55 GW. 

Dadan menilai positif inisiatif yang diambil Kementerian BUMN untuk mendorong pelelangan skala besar proyek EBT yang bakal dilakukan PLN mulai tahun ini. Menurut dia, manuver itu dapat mengisi ketertinggalan eksekusi proyek pada tahun-tahun sebelumnya. 

“Pak Wamen [Kartika] mau jawab itu ya, kan agak delay, ada percepatan sehingga dilakukan pelelangan skala besar,” kata dia. 

Berdasarkan catatan Kementerian ESDM, realisasi bauran EBT sepanjang paruh pertama 2023 baru mencapai 12,5% atau jauh dari target yang ditetapkan tahun ini di level 17,9%. 

Capaian paruh tahun itu tidak banyak bergeser dari torehan sepanjang 2022 dan 2021 masing-masing di level 12,3% dan 12,2%.  

Malahan, proyeksi penambahan bauran EBT hingga akhir 2023 hanya mencapai 115 MW, dari target yang ditetapkan 2.029 MW. Adapun, realisasi bauran EBT per April 2023 baru mencapai 28,21 MW. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan lelang pembangkit listrik energi baru terbarukan skala besar di atas 1 GW dapat dimulai tahun 2024 oleh PLN. 

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, saat ini permintaan listrik sudah mulai menunjukan tren peningkatan. Dengan demikian, lelang-lelang pembangkit PLN bakal diarahkan untuk blok yang lebih besar di atas 1 GW tersebut.

“Kita ingin bidding tidak dalam skala kecil 50 megawatt, 100 MW tapi kita ingin blok bidding 1 GW, 2 GW sehingga skalanya untuk percepatan mengejar 24 GW EBT bisa terjadi dalam 10 tahun ke depan,” kata Kartika dalam Seminar Nasinal Outlook Perekonomian Nasional di Jakarta, Jumat (22/12/2023).

Kendati demikian, Kartika mengatakan, lelang proyek pembangkit skala besar itu bakal mendatangkan kebutuhan investasi atau modal yang terbilang besar. Sementara itu, kemampuan keuangan PLN serta pinjaman modal domestik relatif terbatas saat ini.

Menurut dia, proyek-proyek blok lelang besar tersebut mesti didukung dengan pembiayaan-pembiayaan internasional yang menawarkan pinjaman jangka panjang. Di sisi lain, dia mengatakan, pemerintah turut mendekati sejumlah perusahaan EBT yang memiliki kemampuan modal yang cukup baik.

“Ini tentunya di dalam negeri belum ada sumber pendanaan dolar AS dalam jangka panjang, memang kita harus mengget organisasi atau komunitas bank internasional,” kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper