Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Nonmigas Diprediksi Tumbuh 4,5%, Apindo: Perlu Stimulasi

Apindo meenyatakan dibutuhkan stimulus untuk mencapai target pertumbuhan ekspor nonmigas di kisaran 2,5% hingga 4,5% pada 2024.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Rabu (22/6/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku usaha menilai, perlu ada stimulus untuk mencapai target pertumbuhan ekspor nonmigas yang dipatok pemerintah di kisaran 2,5% hingga 4,5% pada 2024.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W. Kamdani, menyampaikan, perlu adanya stimulus untuk meningkatkan yield dari ekspor komoditas mentah seperti minyak kelapa sawit, batu bara, besi-baja dan produk pertanian-perkebunan-perikanan lain.

Selain itu, perlu adanya stimulus untuk meningkatkan diversifikasi produk ekspor manufaktur barang jadi atau setengah jadi dan diversifikasi negara tujuan ekspor, khususnya melalui pemanfaatan perjanjian perdagangan yang lebih gencar untuk ekspor. 

“Tanpa stimulasi-stimulasi ini, kalau pemerintah hanya mengandalkan kondisi business as usual hampir bisa dipastikan bahwa target tersebut akan meleset,” kata Shinta kepada Bisnis, Kamis (4/1/2024).

Shinta menambahkan, stimulasi juga dibutuhkan mengingat adanya faktor transisi kepemimpinan nasional, yang menyebabkan ekspansi kinerja usaha di sektor riil secara umum menjadi lebih terbatas lantaran persepsi ketidakpastian yang tinggi.

Di samping itu, kondisi tersebut diprediksi memicu gangguan terhadap kinerja ekspor nonmigas. Dalam kondisi business as usual atau tidak ada stimulus ekspor yang lebih signifikan dibandingkan di 2023, kinerja ekspor non-migas Indonesia di 2024 diperkirakan akan berkontraksi sekitar 8-15%.

Hal ini tergantung pada seberapa jauh gangguan ketidakpastian iklim usaha dari sisi domestik yakni transisi politik dan internasional dalam hal ini kondisi geopolitik dan perlambatan ekonomi global sepanjang tahun.

“Kontraksinya pun masih terbuka kemungkinan untuk menjadi lebih besar krn linkage produk-produk ekspor nonmigas Indonesia terhadap GVC relatif lemah,” jelasnya.

Oleh karena itu, pemerintah dinilai perlu untuk menciptakan iklim usaha dan stimulus usaha yang mendukung sepanjang 2024 untuk meningkatkan kelancaran dan efisiensi ekspor, kinerja berorientasi ekspor, diversifikasi produk ekspor dan negara tujuan ekspor, serta penggunaan FTA/PTA/CEPA untuk ekspor.

Selama pemerintah mampu menciptakan stimulus untuk hal tersebut, Shinta menyebut, kinerja ekspor 2024 masih sangat memiliki peluang untuk bisa tumbuh stabil meskipun kondisi ekonomi global kurang kondusif. 

“Jadi perlu banyak intervensi, bantuan dan stimulus dari pemerintah untuk bisa menggenjot kinerja ekspor tahun ini,” pungkasnya.

Sebagaimana diketahui, pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekspor non migas di kisaran 2,5% hingga 4,5% di 2024. 

Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkfili Hasan, mengatakan, pemerintah bakal berupaya untuk mendorong ekspor nonmigas, sesuai dengan target yang ditetapkan pada 2024.

“Pemerintah akan berupaya untuk tetap mendorong ekspor nonmigas sesuai target 2,5% - 4,5% di 2024,” kata Zulhas dalam konferensi pers capaian kinerja 2023 dan outlook perdagangan 2024, Kamis (4/1/2024).

Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Didi Sumedi menjelaskan, proyeksi  tersebut mempertimbangkan sejumlah faktor. 

Diantaranya, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, proyeksi pertumbuhan ekonomi dan permintaan negara-negara tujuan ekspor Indonesia, tren perkembangan harga-harga dunia, serta kondisi lainnya baik yang tidak maupun berkaitan dengan perdagangan dunia.

Untuk mencapai target tersebut, pemerintah berupaya untuk membuat program ekspor dari misi dagang, berpartisipasi aktif dalam beberapa pameran, serta memperluas akses pasar dengan terus membuka perjanjian dagang negara-negara yang sedang dituju seperti Bangladesh, Rusia, Belarus, Kazakhstan, Peru, Uni Eropa, Tunisia, dan Kanada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper