Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Ban Goodyear Indonesia (GDYR), Tersendat Konflik Global

Penjualan ekspor ban GDYR hingga kuartal ketiga mencapai US$42,1 juta atau setara dengan Rp631,5 miliar.
Balon promosi Goodyear di atas pabrik ban. /goodyear.
Balon promosi Goodyear di atas pabrik ban. /goodyear.

Bisnis.com, JAKARTA- PT Goodyear Indonesia Tbk (GDYR) mencatat pelemahan permintaan ban untuk pasar ekspor pada semester II/2023. Kondisi ini disebut merupakan dampak dari konflik geopolitik global yang kian memanas. 

Presiden Direktur GDYR Iman Santoso mengatakan beberapa negara pangsa ekspor ban yang permintaannya menurun yakni negara-negara Asean, Selandia Baru, dan Australia. 

"Pasar ekspor tumbuh tapi agak sedikit melambat di second semester karena mungkin kondisi ekonomi global dan geopolitik itu sangat pengaruh," kata Iman saat ditemui di Jakarta, Selasa (19/12/2023). 

Adapun, penjualan ekspor ban GDYR hingga kuartal ketiga mencapai US$42,1 juta atau setara dengan Rp631,5 miliar (kurs Rp15.000). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dengan capaian ekspor sepanjang 2022 sebesar US$51,9 juta atau Rp778,5 miliar.

Meskipun mengalami pelemahan, GDYR tetap optimistis untuk meningkatkan kinerja ekspor dengan membidik pangsa pasar potensial di Asean. Dari pasar domestik, Iman juga menargetkan penjualan lebih tinggi pada 2024. 

"Target pasti naik, tahun ini kita naik, tahun depan harus lebih naik, mungkin kita targetkan naik double digit, pertumbuhan Indonesia di Asean itu kan yang tertinggi," ujarnya. 

Penjualan ban dalam negeri tercatat meningkat dari US$79 juta atau Rp1,1 triliun sepanjang 2022 menjadi US$87,4 juta atau setara Rp1,3 triliun pada periode kuartal ketiga 2023. 

Optimisme pertumbuhan itu datang dari sisi produksi bahan baku ban yang saat ini tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) produk GDYR mencapai 50%. Hal ini didorong aturan dan syarat sejumlah perusahaan angkutan produksi lokal. 

"Saat ini hanya untuk ban-ban komersial, jadi seperti untuk bis dan truk. Skor kita sudah sekitar 50% persen, itu sudah tinggi. Memang ada beberapa yg masih kita impor," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper