Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jokowi Buat Peta Jalan Industri Jamu, Pengusaha Target Penjualan Tumbuh 5%

Pertumbuhan kinerja industri jamu masih terbilang kecil dibandingkan ketika Covid-19 melanda.
Pekerja memilah sachet Tolak Angin di bagian pengemasan pabrik PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, Senin (10/2/2014). Bloomberg/Dimas Ardian
Pekerja memilah sachet Tolak Angin di bagian pengemasan pabrik PT Industri Jamu Dan Farmasi Sido Muncul Tbk. (SIDO) di Semarang, Jawa Tengah, Indonesia, Senin (10/2/2014). Bloomberg/Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA- Gabungan Pengusaha Jamu dan Obat Tradisional Indonesia (GP Jamu) meyakini kinerja penjualan industri jamu akan terungkit dengan diterbitkannya Peraturan Presiden (Perpres) No. 54/2023 tentang Pengembangan dan Pemanfaatan Jamu. 

Ketua Umum DPP GP Jamu Dwi Ranny Pertiwi Zarman mengatakan untuk mewujudkan tersebut, pihaknya tengah memutar otak untuk membuat strategi pemasaran baru, salah satunya dengan memasifkan digital marketing.

"Saya kira bisa tumbuh 5% tahun depan, tahun ini lumayan naik dari tahun sebelumnya, tahun depan kita harap dapat jauh lebih baik lagi targetnya," kata Dwi saat ditemui di Jakarta," Selasa (12/12/2023). 

Adapun, pertumbuhan kinerja industri jamu masih terbilang kecil dibandingkan ketika Covid-19 melanda. Kala itu, Dwi mengakui penjualan naik pesat, namun kini eksistensi jamu redup dikarenakan daya beli yang turun pascapandemi. 

Dia optimistis katalis instruksi Jokowi untuk pengembangan jamu dan pemanfaatan jamu di lingkungan pemerintah akan mendongkrak penjualan. Namun, dia tetap menantikan implementasi Perpres 54/2023 itu di kalangan pemerintah.

"Kita kembalikan ke pemerintah, kami butuh bahan baku yang stabil, pascapanen yang bagus. Berapa anggaran yang disiapkan untuk itu, apa yang sudaha dilakukan," tuturnya.

Dwi menuturkan, kompetensi sumber daya manusia (SDM) industri jamu hingga produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar saat ini sudah sangat siap. Namun, masih ada kendala dari segi bahan baku yang terus menerus diincar negara lain. 

Lebih lanjut, Dwi melihat ekspor produk jadi industri jamu cukup pesat pada 2020 yang di pasarkan ke 152 negara. Namun, saat ini tak sedikit negara yang kembali mengincar bahan baku jamu mulai dari asam, kunyit, temulawak, dan lainnya. 

Untuk itu, program hilirisasi juga penting untuk dipertajam ke berbagai komoditas bahan baku obat herbal. Hal ini dinilai dapat meningkatkan nilai tambah dari produk jamu. 

"Yang gampang di ekspor sebetulnya adalah bahan baku, karena untuk ekspor produk jadi itu gak mudah, bisa 1-2 tahun perizinannya. Kalau kita tawarkan bahan baku itu cepat, karena kita industri jamu kita amankan dulu dalam negeri," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper