Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pakar IPB: Selain CPO, Indonesia Bisa Ekspor Oleokimia dari Sawit

Hampir semua produk yang dipakai sehari-sehari baik kosmetik maupun pakaian menggunakan oleokimia dari sawit sebagai bahan baku.
Ilustrasi Refined, bleached, and deodorized (RBD) palm oil sebagai bahan baku minyak goreng/ The Edge Markets
Ilustrasi Refined, bleached, and deodorized (RBD) palm oil sebagai bahan baku minyak goreng/ The Edge Markets

Bisnis.com, MEDAN – Indonesia berpotensi besar untuk mengembangkan sawit melalui jalur hilirisasi oleochemical atau oleokimia.

Kepala Divisi Teknologi Proses Departemen Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Erliza Hambali mengungkapkan industri sawit perlu dikembangkan untuk memperluas pemanfaatan dan meningkatkan nilai tambah sawit.

“Untuk ekspor, nilai tambah terbesar dari sawit adalah di produk oleokimianya,” kata Erliza di Lokakarya bertajuk “Oleokimia dari Minyak Sawit: Potensi dan Tantangan” di Medan, Selasa, (31/10/2023).

Dikatakan Erliza, dengan luas kebun mencapai 16 juta hektare (ha) dan total produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) pada tahun 2022 yang mencapai 45,5 juta ton, pemanfaatan minyak sawit di Indonesia masih didominasi untuk kebutuhan industri pangan. Indonesia sendiri hingga saat ini dikenal sebagai negara produsen sawit dan pengekspor CPO terbesar di dunia.

Erliza mengatakan, hampir semua produk yang dipakai sehari-sehari baik kosmetik maupun pakaian menggunakan oleokimia dari sawit sebagai bahan baku. Hal ini karena minyak sawit, lanjutnya, merupakan minyak nabati yang dapat diperoleh dengan harga relatif lebih murah dibanding minyak nabati jenis lain, serta lebih mudah diolah menjadi beragam kebutuhan industri. 

Selain itu, lanjutnya, pengembangan oleokimia sawit sejauh ini juga minim diterpa isu negatif seperti halnya isu lingkungan yang menghajar komoditas sawit maupun minyak sawit lantaran kompetitor bahan kimia lain di dunia sebagian besar menggunakan petroleum yang berasal dari minyak bumi.

Beberapa produk oleokimia dasar dari minyak sawit yang berpotensi untuk dikembangkan, seperti yang dipaparkan Erliza, antara lain gliserol, asam lemak (fatty acid), fatty alcohol, dan methyl ester. “Pengembangan produk lain berbasis oleokimia dasar tersebut juga masih sangat luas,” katanya.

Indonesia sendiri telah memulai industri pengolahan minyak sawit menjadi oleokimia dasar, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. 

Dari data yang disampaikan Erliza, Indonesia memproduksi fatty acid minyak sawit sebesar 4,4 juta ton pada 2021 dengan angka konsumsi fatty acid di Indonesia pada tahun tersebut berkisar 1,9 juta ton. 

Volume ekspor fatty acid dari minyak sawit ini pada 2021 sebanyak 2,5 juta ton dengan nilai mencapai 2,8 miliar dolar Amerika. Sementara negara-negara tujuan ekspor fatty acid terbesar antara lain China, Malaysia, Belanda, dan India.

Penggunaan fatty acid antara lain untuk campuran sabun dan detergen, kertas, plastik, lilin, personal care, dan lain sebagainya.

Produksi fatty alcohol minyak sawit di Indonesia pada tahun 2021 tercatat mencapai 1,7 juta ton dengan tingkat konsumsi dalam negeri pada tahun tersebut berkisar 946 ribu ton. Volume ekspor fatty alcohol dari minyak sawit pada 2021 berkisar 715 ribu ton dengan nilai mencapai 1,2 miliar dolar Amerika.

Fatty alcohol diantaranya digunakan untuk bahan campuran sabun dan detergen, personal care, lubrikasi, dan lain sebagainya. China, Belanda, Amerika, India, dan Singapura adalah beberapa negara yang menjadi pengimpor fatty alcohol terbesar pada 2021.

Begitupun dengan methyl ester dan gliserol dari minyak sawit yang telah diproduksi dan diekspor ke negara-negara seperti China, Amerika, Jepang, Belanda, serta India dan masih akan berpeluang menambah pendapatan negara dari beragam produk oleochemical turunan lain yang dihasilkan.

Sebagai informasi, pemerintah Indonesia telah sejak 1976 membangun industri hilirisasi sawit untuk memperluas pemanfaatan serta meningkatkan nilai tambah sawit dalam negeri. Industri hilir pertama yang dibangun pemerintah ialah Pamina di Adolina Sumatera Utara yang saat ini dimiliki oleh PTPN IV. 

Selanjutnya, sejak tahun 2011 percepatan hilirisasi semakin digalakkan melalui tiga jalur utama, yakni oleofood complex atau oleopangan dengan produk diantaranya minyak goreng dan mentega; oleochemical complex atau oleokimia baik oleokimia dasar seperti fatty acid maupun oleokimia lanjutan seperti biosurfaktandan Biofuel complex atau biofuel/ bioenergi seperti biodiesel. (K68)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper