Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ringgit Anjlok Sejak Krisis 1998, PM Malaysia Anwar Ibrahim Siap Dedolarisasi!

PM Malaysia Anwar Ibrahim memberi solusi untuk lepas dari dolar AS atau menerapkan dedolarisasi setelah nilai tukar ringgit anjlok.
Perdama Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan susunan kabinet pada Jumat (2/12/2022) malam. JIBI/Bisnis- nancy Junita @anwaribrahim
Perdama Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan susunan kabinet pada Jumat (2/12/2022) malam. JIBI/Bisnis- nancy Junita @anwaribrahim

Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menuturkan bahwa meningkatkan biaya pinjaman untuk mendukung mata uang lokal dinilai tidak perlu. Solusi untuk ringgit yang lebih lemah adalah melepaskan Malaysia dari dolar Amerika Serikat (AS) atau dedolarisasi.

Anwar Ibrahim menuturkan pada Parlemen bahwa indikator-indikator ekonomi di Negeri Jiran, seperti inflasi dan pengangguran menurun dan investasi meningkat. Menimbang hal ini, menurutnya, sulit untuk menjustifikasi kenaikan suku bunga yang dapat merugikan usaha-usaha kecil. 

Diketahui bahwa bank sentral Malaysia atau Bank Negara Malaysia (BNM) akan memutuskan pada Kamis (2/10/2023), yaitu apakah akan menyesuaikan suku bunga kebijakan.

Untuk diketahui, BNM berada di bawah tekanan untuk menaikkan biaya pinjaman karena ringgit bertahan di level terlemah sejak 1998, dan negara-negara lain di kawasan regional bersikap hawkish untuk mendukung mata uang mereka. 

Suku bunga utama BNM sendiri telah bertahan sebesar 3% sejak Juli 2023, menempatkannya pada rekor diskon relatif terhadap suku bunga The Fed. 

"Ada pandangan di antara para ekonom untuk memperkuat nilai ringgit melalui kenaikan suku bunga kebijakan semalam. Tapi untuk alasan apa?" jelas Anwar, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (1/10/23). 

Anwar juga melanjutkan bahwa pihaknya akan menaikkan suku bunga ketika ekonomi membutuhkannya. Saat ini menurutnya tidak ada kebutuhan untuk itu.

Menurutnya, pergerakan ringgit adalah efek dari tindakan The Fed. Solusi jangka menengah dan jangka panjang untuk hal ini adalah melepaskan diri dari dolar AS.

Selain itu, dia mengatakan Malaysia juga sudah melakukan beberapa perdagangannya dengan China, Indonesia, dan Thailand dengan menggunakan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT). 

Sebagai catatan, China adalah mitra perdagangan terbesar Malaysia. Indonesia berada di posisi kelima terbesar dan Thailand yang ketujuh.

"Kami juga telah berdiskusi dengan negara-negara Arab untuk memulai proses dedolarisasi, tetapi kami hanya berhasil dengan tiga negara sebagai solusi jangka panjang untuk mempertahankan ringgit," jelas Anwar.

Sebelumnya, berdasarkan catatan Bisnis, Investor yang menggunakan mata uang ringgit Malaysia berharap BNM akan turun tangan dalam untuk mendukung nilai mata uang yang berada di level terlemah sejak 1998. 

Meskipun Bloomberg Economics memproyeksikan tidak ada perubahan dalam suku bunga BNM, beberapa analis memperkirakan bank sentral akan mengumumkan langkah-langkah lain untuk meningkatkan ringgit. 

Kepala ekonomi dan strategi di Mizuho Bank Ltd. di Singapura, Vishnu Varathan menuturkan bahwa ada kemungkinan etika persuasif yang menunjukkan bahwa BNM mewaspadai pergerakan ringgit yang mungkin terlalu jauh dari fundamental dan dengan cara yang spekulatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper