Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lagarde Ungkap Alasan Suku Bunga Eropa Naik ke Level Tertinggi

Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (14/9/2023) kembali menaikkan suku bunga simpanan sebesar 25 bps menjadi 4 persen atau rekor tertinggi.
Kantor pusat Bank Sentral Eropa (ECB) di Frankfurt, Jerman/Reuters-Alex Domanski
Kantor pusat Bank Sentral Eropa (ECB) di Frankfurt, Jerman/Reuters-Alex Domanski

Bisnis.com, JAKARTA - Bank sentral Eropa (ECB) pada Kamis (14/9/2023) kembali menaikkan suku bunga simpanan sebesar 25 basis poin (bps) menandakan kenaikan biaya pinjaman selama 10 kali berturut-turut. 

ECB melaporkan kenaikan pada suku bunga dan suku bunga pinjaman masing-masing sebesar 25 bps. Suku bunga September 2023 naik menjadi 4,50 persen dan suku bunga simpanan menjadi 4 persen. Keduanya di atas proyeksi analis yang memperkirakan ECB tetap menahan suku bunganya. 

Mengutip Bloomberg, Jumat (15/9/2023) keputusan untuk menaikan suku bunga deposito 4 persen dilakukan dengan harapan samar-samar untuk membawa indeks harga konsumen (IHK) di bawah 2 persen pada akhir proyeksi ECB pada 2025. 

Presiden Bank Sentral Eropa Christine Lagarde mengakui bahwa dalam jangka pendek pertumbuhan akan sangat lamban dan perekonomian mungkin berada di ambang penyusutan. 

Lagarde mengutarakan bahwa saat ini adalah masa-masa yang sulit. Dia juga mengutarakan bahwa pengetatan lebih lanjut diperlukan untuk stabilitas harga, bukan untuk memaksakan resesi. 

Dia juga bersikeras bahwa prospek penurunan suku bunga tidak terucap dari mulut para pejabat. Perhatian Bank Sentral saat ini tertuju dengan mempertahankan level yang ada.

"Fokusnya mungkin akan bergerak sedikit lebih ke durasi, namun bukan berarti - karena kita tidak bisa mengatakan - bahwa saat ini kita sudah berada di puncak," jelas Lagarde. 

Namun, pernyataan tersebut cenderung tidak berdampak baik bagi di negara-negara seperti Italia, yang merasakan dampak kenaikan suku bunga dan hanya mengalami kontraksi triwulanan. 

"Keputusan baru ini - yang saya yakin diambil oleh mayoritas, dan karena itu ditentang oleh beberapa pihak - saya yakin tidak akan membantu pemulihan ekonomi Eropa," jelas Menteri Industri dan Buatan Italia Adolfo Urso, dengan mengutarakan bahwa Jerman sebagian besar sudah dalam resesi, dan adanya negara-negara lain yang terkait dengan sistem Jerman seperti Belanda. 

Para pengambil kebijakan sendiri mengatakan bahwa inflasi masih diperkirakan tetap terlalu tinggi untuk waktu yang lama, baik dalam ukuran utama ataupun ukuran inti yang tidak memasukan energi dan makanan. Pertumbuhan harga masih tertahan di atas 5 persen. 

Kepala ekonom Berenberg di London Holger Schmieding menuturkan bahwa kenaikan ini tidak bisa dibenarkan. “Saya khawatir ECB masih meremehkan pelemahan ekonomi, ECB masih terlalu optimistis terhadap pertumbuhan,” jelasnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (15/9/2023).

Sementara itu, mantan kepala ekonom ECB Peter Praet, berpendapat bahwa kenaikan suku bunga sebesar 25 poin sudah tepat. "ECB berada dalam posisi yang sangat sulit karena ada tekanan stagflasi, jadi tidak ada pertumbuhan - sedikit pertumbuhan - dan inflasi," ungkapnya. 

Namun, Praet juga berpendapat bahwa ECB terlalu optimistis mengenai ekspansi ekonomi, dan menunjukan bagaimana pandangan investor kini telah berubah. 

Dengan latar belakang pasar yang telah bergeser, tantangan bagi Lagarde dan para pembuat kebijakan lainnya adalah meyakinkan investor bahwa mereka bersedia untuk bertahan dengan kebijakan moneter yang ketat. 

Menurut direktur strategi makro di Globaldata TS Lombard Skylar Montgomery Koning mengutarakan bahwa hal ini mungkin menjadi salah satu alasan mengapa suku bunga harus naik lagi pada bulan ini. 

Koning sendiri mengutarakan bahwa ini adalah lingkungan yang sangat stagnan dan ECB kemudian menyadari hal tersebut.

"Saya rasa proses pemikiran bulan ini adalah, apakah kita menaikkan suku bunga sekarang, atau mungkin kita kehilangan kesempatan untuk melakukan kenaikan terakhir karena data memburuk begitu banyak, dan kita ingin memberi sinyal kepada pasar bahwa kita masih akan naik lebih lama lagi,” jelas Koning kepada Bloomberg Television

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper