Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Beras Melonjak, DPR: Ada Kecenderungan Oligopoli & Monopoli

Kenaikan harga beras diduga disebabkan adanya kecenderungan sektor beras mengarah pada oligarki, oligopoli, dan monopoli
Pekerja berada di gudang Bulog di Jakarta, Rabu (2/9/2020). Bisnis/Nurul Hidayat
Pekerja berada di gudang Bulog di Jakarta, Rabu (2/9/2020). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Anggota Komisi IV DPR RI Sidi Hermanto Tanjung melihat adanya kecenderungan sektor beras mengarah pada oligarki, oligopoli, dan monopoli sehingga memicu kenaikan harga beras yang luar biasa.

“Belakangan ini terjadi kenaikan harga beras yang luar biasa. Itu saya lihat ada kecenderungan sektor beras ini mengarah pada oligarki, mengarah pada oligopoli, mengarah kepada monopoli,” kata Hermanto dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (13/9/2023).                                                       

Anggota Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu mengatakan, penggiling-penggilingan rakyat sebagian besar mandek dalam memenuhi kebutuhan untuk penggilingannya, menjadi tidak produktif bahkan memilih tutup.

Sebagian besar penggilingan-penggilingan padi yang dikuasai serta kawasan pertanian yang telah dibeli oleh kaum kapital disebut menjadi pemicu menurunnya produktivitas dan tutupnya penggilingan-penggilingan petani kecil.

“Saya menganggap ini sangat penting supaya Badan Pangan menghidupkan kembali penggiling-penggiling petani kecil,” ujarnya. 

Merespons hal tersebut, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan, saat ini pasokan gabah kering panen (GKP) berkurang. Untuk itu, produksinya perlu ditingkatkan sehingga pabrik-pabrik yang ada, baik besar maupun kecil, bisa mendapatkan GKP dengan harga yang wajar.

“Penggiling-penggiling padi ini juga harus diisi oleh gabah kering panen, jadi nanti addressing-nya supaya bisa pas,” jelasnya. 

General Manager Kawasan Industri Terpadu Wilmar Serang Tenang Sembiring sebelumnya membantah adanya monopoli beras. Tenang menuturkan, perusahaannya saat ini hanya menyerap 2,5 persen dari keseluruhan produksi padi yang ada di wilayah Banten. 

“Kami mulai produksi sejak Juni 2022. Selama Januari hingga Agustus 2023, jumlah gabah petani yang diserap ada sampai 69.800 ton, sementara produksi gabah di Banten diperkirakan di angka 1,5 juta ton. Mengacu hal tersebut, persentase penyerapan gabah petani kami ada sekitar 2,5 persen. Jadi bagaimana kami bisa melakukan monopoli dan menentukan harga, sementara supplier kami juga berasal dari penggilingan padi di wilayah ini,” kata Tenang dalam inspeksi mendadak (sidak) Bapanas ke Gudang Wilmar di Serang, Banten, Selasa (12/09/2023).

Lebih lanjut, dia menjelaskan, penyerapan GKP yang dapat diserap Wilmar Serang selama Agustus 2023 hanya 5 persen dari rerata realisasi produksi atau sekitar 200 ton per hari.

Dia juga menyebut bahwa sejak minggu pertama Agustus 2023, pihaknya hanya menyerap 1.750 MT gabah.

“Kita akan setop supply beras karena tidak ada lagi stok gabah per hari ini, hanya ada stok 350 MT saja,” pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper