Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selisih dengan China soal Limbah Nuklir, Ekonomi Jepang Bakal Terdampak

Hubungan antara Jepang dan China memanas buntut adanya pelepasan limbah nuklir dari PLTN Fukushima ke laut oleh Jepang.
Reaktor nuklir Fukushima di Jepang/Istimewa
Reaktor nuklir Fukushima di Jepang/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Perselisihan antara Jepang dengan China terkait keputusan Jepang melepas limbah radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudra Pasifik disebut akan mengurangi 0,2 persen PDB Jepang.

Hal itu disampaikan oleh institut penelitian asal Jepang, Daiwa Research Institute, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (1/9/2023). Daiwa menyebut produk domestik bruto (PDB) riil Jepang bisa menyusut sekitar 1,2 triliun yen atau sekitar Rp125 triliun alias 0,2 persen, jika pariwisata dari China tidak pulih.

Hal itu, menurut Daiwa, akan menambah dampak yang mesti diterima Jepang dari keputusannya membuang limbah ke laut, di luar larangan ekspor yang diberlakukan oleh China dan Hong Kong.

Jika perselisihan ini semakin meningkat dan menyebabkan penurunan ekspor barang ke China sebesar 20 persen, Daiwa menambahkan, PDB Jepang dapat menyusut hingga sekitar 6,1 triliun yen atau sekitar Rp638 triliun, alias sebesar 1,1 persen.

Lebih dari 700 perusahaan Jepang mengekspor produk akuatik senilai sekitar US$600 juta atau sekitar Rp9,1 triliun ke China pada 2022. Hal itu menjadikan China pasar terbesar bagi ekspor Jepang, diikuti oleh Hong Kong yang sebelumnya telah mengumumkan larangan impor makanan laut dari 10 wilayah Jepang setelah pembuangan limbah nuklir Fukushima ke laut.

Di lain sisi, AS justru mengkritik langkah China menerbitkan sejumlah larangan dan pembatasan terhadap Jepang.

“Larangan China bersifat politis,” sebut Duta Besar Amerika untuk Jepang, Rahm Emanuel, saat berkunjung ke Fukushima dan menikmati makan siang hidangan laut dari kota tersebut, seperti dikutip dari Associated Press, Jumat (1/9/2023).

Pada kesempatan itu, Emanuel memuji rencana pelepasan air di Jepang berdasarkan ilmu pengetahuan dan sepenuhnya transparan, yang mana menurutnya “sangat kontras” dengan cara China menangani pandemi virus Corona.

Sebelumnya pada Kamis (31/8/2023), Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida mencicipi makanan laut dan berbicara dengan para pekerja di pasar ikan Toyosu di Tokyo untuk menilai dampak larangan China terhadap makanan laut Jepang.

Salah satu pelaku usaha makanan laut mengatakan kepada Kishida bahwa penjualan kerangnya, yang sebagian besar diekspor ke Tiongkok, telah turun 90 persen sejak dimulainya pembuangan air limbah.

Air limbah radioaktif telah terakumulasi di PLTN Fukushima sejak gempa bumi hebat dan tsunami pada 2011 menghancurkan sistem pendingin dan menyebabkan kebocoran pada tiga reaktor. Air sebanyak 1,34 juta ton tersebut disimpan di sekitar 1.000 tangki dan terus bertambah karena kebocoran dan penggunaan air pendingin.

Pemerintah dan operator pabrik mengatakan pembuangan air ke laut tidak dapat dihindari karena tangki penyimpanan akan mencapai kapasitasnya awal tahun depan dan ruang di pabrik akan diperlukan untuk penghentian operasinya, yang diperkirakan akan memakan waktu puluhan tahun. (Lydia Tesaloni Mangunsong)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Redaksi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper