Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Optimistis Industri Manufaktur Moncer Tahun Ini, Tapi...

Pengusaha memberikan catatan terkait hal yang harus dilakukan pemerintah untuk mendorong kinerja industri manufaktur pada tahun ini.
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam
Suasana di salah satu pabrik perakitan motor di Jakarta, Rabu (1/8/2018). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan pelaku usaha memperkirakan produksi industri manufaktur tahun ini bakal moncer. Optimisme tersebut seiring dengan menguatnya Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Agustus 2023.

Berdasarkan laporan S&P Global, Purchasing Manager's Index (PMI) manufaktur Indonesia kembali menguat ke level 53,9 pada Agustus 2023, atau naik 0,6 poin dari bulan sebelumnya di angka 53,3. 

"Kami meyakini hingga akhir tahun daya beli dan kepercayaan konsumsi pasar bisa tumbuh dengan stabil," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta Widjaja Kamdani saat dihubungi, Jumat (1/9/2023).

Kendati demikian, Shinta menekankan bahwa optimisme itu akan menjadi nyata hanya saat proses transisi kepemimpinan presiden RI berjalan dengan baik.

Sebaliknya, lanjut Shinta, konsumsi pasar bakal melemah apabila proses peralihan presiden pada 2024 cenderung menimbulkan keresahan publik secara sosial dan politik.

"Kami berharap pemerintah dan para politisi calon pimpinan baru tetap komitmen menjaga kondusifitas iklim usaha dan sosial politik agar pertumbuhan ekonomi tetap stabil," tuturnya.

Lebih lanjut, Shinta mengatakan bahwa hal prioritas yang mesti dilakukan pemerintah dalam waktu dekat adalah menciptakan penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar dengan cepat. Pasalnya, pembatasan ekspor sejumlah produk di pasar global oleh beberapa negara dikhawatirkan bakal memicu kenaikan harga komoditas.

Shinta mencontohkan, rencana pelarangan ekspor gula oleh India ditakutkan bakal memicu peningkatan harga gula global hingga membebani pelaku industri manufaktur. Sebagaimana diketahui, laporan Reuters menyebut India diperkirakan akan melarang ekspor gula mulai Oktober 2023, menjadi yang pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir.

"Akan lebih baik lagi bila pemerintah dapat menciptakan penguatan nilai tukar dalam waktu dekat, sehingga beban produksi usaha menjadi affordable [terjangkau] dan encouraging [bersemangat] untuk melakukan ekspansi produksi lebih jauh," ucapnya.

Di sisi lain, Shinta menambahkan bahwa pengusaha juga berharap agar pemerintah dapat melakukan diversifikasi perdagangan dengan negara mitra yang terikat dalam Comprehensive Economics Partnership Agreement (CEPA) maupun kesepakatan perdagangan bebas atau free trade agreement (FTA). Upaya ini dianggap dapat menciptakan stabilitas suplai bahan baku untuk industri manufaktur dalam negeri lebih baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper