Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Evergrande Laporkan Rugi Rp69,24 Triliun di Semester I/2023

Raksasa properti China, Evergrande melaporkan rugi mencapai 33 miliar yuan China atau setara Rp69,24 triliun sepanjang paruh pertama 2023.
Kantor agen real estat terkemuka di China Evergrande/Bloomberg
Kantor agen real estat terkemuka di China Evergrande/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Raksasa properti asal China Evergrande membukukan rugi sepanjang paruh pertama 2023 mencapai 33 miliar yuan China atau setara Rp69,24 triliun.

Melansir dari Reuters pada Senin (28/8/2023), total rugi tersebut dilaporkan berhasil dipangkas seiring dengan meningkatnya total pendapatan yang berhasil dibukukan Evergrande.

Di mana, sepanjang periode Januari hingga Juni 2023 total pendapatan Evergrande dilaporkan tumbuh 44 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp128,2 miliar yuan atau mencapai Rp269,02 triliun.

Sementara itu, liabilitas yang dimiliki Evergrande juga berhasil ditekan turun 2 persen secara yoy menajdi 2,39 triliun yuan pada Juni 2023 dari posisi pada akhir tahun 2022 sebesar 2,44 triliun yuan.

Namun demikian, total aset yang dimiliki perseroan juga diketahui susut menjadi 1,74 triliun yuan dari posisi pada Desember 2022 sebesar 1,84 triliun yuan.

Adapun, secara akumulatif, rugi bersih sepanjang tahun 2021 dan 2022 diketahui tembus US$81 miliar atau senilai Rp1.238 triliun.

Sebagaimana diketahui, raksasa properti Evergrande diketahui telah mengajukan perlindungan kepailitan di AS pada Kamis (17/8/2023) lalu setelah resmi mengalami kondisi gagal bayar.

Di mana, Evergrande telah mencatatkan kewajiban utang lebih dari US$300 miliar (sekitar Rp4.600 triliun) pada 2021. 

Evergrande mengajukan perlindungan kebangkrutan Bab 15 di New York. Langkah ini dilakukan untuk melindungi asetnya dari para kreditur di AS di saat mencari kesepakatan restrukturisasi di negara lain. 

Kasus krisis liabilitas Evergrande dapat berimplikasi luas bagi sistem keuangan China yang bernilai US$60 triliun dan dapat berdampak terhadap seluruh bank dan jutaan pemilik rumah.

Seiring dengan hal itu, sebelumnya Senior Research Advisor Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat, menjelaskan bahwa fenomena bangkrutnya raksasa properti China Evergrande, dipercaya tidak akan membawa dampak signifikan pada pasar properti di dalam negeri.

"Pasar properti di Indonesia itu sebgian besar didominasi pasar domestik, dengan demikian apakah akan berdampak? kalau dominasinya domestik mungkin bukan dampak langsung yang kita dapatkan tapi dampak turunan," jelasnya dalam sesi diskusi Jakarta Property Highlight yang diselenggarakan secara virtual oleh Knight Frank, Kamis (24/8/2023).

Syarifah juga melanjutkan, agar hal serupa tak terjadi di pasar properti dalam negeri, Indonesia perlu secara adaptif mengambil titik pelajaran dari pecahnya sentimen negatif pada pasar properti di China. Salah satunya yakni dengan mempelajari titik krusial yang memantik fenomena tersebut guna tetap menjaga produktivitas pasar properti dalam negeri ke depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper