Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mentan Klaim Proses Karantina Produk Pertanian Makin Cepat, Cuma 3-6 Jam

Mentan, Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengklaim saat ini proses karantina ekspor impor produk pertanian lebih cepat dan mudah.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memberi sambutan pada Rapat Koordinasi Pengawasan Bidang Ketahanan Pangan se Sulawesi di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (7/3/2023). Bisnis/Paulus Tandi Bone
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo memberi sambutan pada Rapat Koordinasi Pengawasan Bidang Ketahanan Pangan se Sulawesi di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (7/3/2023). Bisnis/Paulus Tandi Bone

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengklaim saat ini proses karantina ekspor impor produk pertanian lebih cepat dan mudah.

Mentan menyebut Badan Karantina Pertanian (Barantan) hanya butuh waktu 6 jam untuk melakukan dwelling time pada produk pertanian yang diekspor dan diimpor.

"Dulu dwelling time yang biasanya berhari-hari bahkan berbulan-bulan kalau orang mau ekspor. Sekarang Dwelling Time paling lama 6 jam, kadang cuma 3 jam," kata Syahrul saat melepas ekspor produk pertanian di di Terminal Petikemas, Koja, Pelabuhan Tanjung Priuk, Selasa (15/8/2023).

Menurutnya, saat ini Barantan telah kompak menjalin koordinasi dengan Bea Cukai di pelabuhan maupun di bandara. Hal itu dinilai sejalan dengan perintah Presiden untuk mempersingkat birokrasi ekspor dan impor.

Di sisi lain, Syahrul mengatakan bahwa untuk mengakselerasi kinerja ekspor produk pertanian, Barantan saat ini juga ditugasi mengawal produk pertanian dari tingkat budidaya hingga persiapan ekspor. Alih-alih hanya melakukan pengawasan di bandar udara dan pelabuhan.

"Kita tidak boleh kalah dengan negara lain dalam menghandle ekspor dan impor," tutur Syahrul.

Sementara itu, Kementan menargetkan ekspor produk pertanian pada Agustus 2023 sebesar Rp14 triliun. Sementara untuk ekspor pertanian tahun ini dibidik hingga Rp900 triliun.

Mentan Syahrul menargetkan nilai ekspor pertanian terus meningkat hingga menembus Rp1.000 triliun pada 2024.

"Kita berharap tidak ada kabupaten dan provinsi yang tidak ekspor lagi," ujar Syahrul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper