Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dua Investor Ban Raksasa Tunda Benamkan Duit Rp22,5 T, Galau Jelang Pilpres

Periode tahun politik membuat calon investor di industri ban alat berat galau untuk mengucurkan modalnya yang mencapai US$1,5 miliar atau setara Rp22,5 triliun.
Pekerja melakukan perawatan alat berat articulate dump truck di workshop PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS) Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (25/9/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Pekerja melakukan perawatan alat berat articulate dump truck di workshop PT Intraco Penta Prima Servis (IPPS) Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (25/9/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Periode tahun politik membuat calon investor di industri ban alat berat menahan keputusan untuk membangun pabrik dengan potensi investasi senilai US$1,5 miliar atau setara dengan Rp22,5 triliun di Indonesia.

Ketua Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane mengatakan pihaknya telah berupaya untuk menarik minat investor asing untuk memproduksi ban alat berat di Indonesia. Namun, ada sejumlah kendala yang menyebabkan inisiasi tersebut tak kunjung terealisasikan.

"Sudah ada 2 pabrik yang mau investasi, 1 dari Eropa 1 dari Asia mereka mau investasi, tetapi karena tahun politik, mereka belum mau investasi sekarang, jadi tunggu pemilu, betul setelah 2024," kata Aziz kepada Bisnis, Rabu (9/8/2023). 

Menurutnya, keputusan untuk sangat masuk akal di kalangan investor untuk lebih konservatif dalam melakukan ekspansi pada saat tahun politik. Apalagi, investasi untuk industri ban tersebut tidak kecil, yakni dengan minimum modal US$750 juta. 

Adapun, pihaknya telah berupaya meyakinkan kedua investor tersebut dengan menawarkan insentif pajak yang akan diberikan pemerintah jika penanaman modal terealisasi. 

Selama ini, selain tahun politik, Aziz menilai investor asing enggan membangun pabrik ban alat berat di Indonesia karena pasar yang kurang prospektif.

Padahal, peluang permintaan ban alat berat tak hanya Indonesia, terdapat banyak negara tetangga yang dapat menjadi sasaran pasar untuk distribusi produk ban untuk di industri pertambangan. 

"Saya katakan kepada mereka bukan hanya Indonesia pasarnya. Papua Nugini dari Indiana Timur juga perlu ban tambang, Australia juga perlu ban tambang, jadi jangan hanya dilihat pasar di Indonesia," ujarnya. 

Di sisi lain, dia mengungkap alasan produksi ban alat berat atau untuk tambang tidak mudah di produksi di Indonesia yakni karena investasi untuk percetakan yang tinggi. Kemudian, komposisi untuk produksi ban tersebut memiliki spesifikasi khusus. 

Namun, pihaknya sangat menyetujui jika optimalisasi produksi ban tambang dilakukan dalam negeri karena penyerapan karet alam Indonesia akan ikut terdongkrak. 

"Tambang ini mayoritas itu pakai ban karet alam, jadi kalau dibikin ban off the road atau ban tambang di Indonesia itu akan sangat banyak menyerap karya alam, makanya kita mau ada di Indonesia," pungkasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper