Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Nilai Porsi Energi Terbarukan dalam RUPTL PLN Terlalu Kecil

Kemenko Marves mengungkapkan bahwa investor memandang porsi pengembangan EBT dalam RUPTL PLN masih terlalu kecil.
Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap tertutup kabut di Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan, Senin (15/1)./JIBI-Abdullah Azzam
Turbin Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap tertutup kabut di Kecamatan Watang Pulu Kabupaten Sindereng Rappang, Sulawesi Selatan, Senin (15/1)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah tengah mendorong peningkatan kapasitas terpasang pembangkit listrik energi baru terbarukan (EBT) dalam revisi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2021-2030. Upaya untuk menaikan alokasi pembangkit bersih itu diharapkan dapat menggaet potensi investasi yang lebih masif pada sisi pengembangan industri pembangkit EBT di dalam negeri saat ini. 

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Rachmat Kaimuddin mengatakan, sebagian investor belakangan mempertanyakan ihwal porsi pembangkit EBT yang saat ini ada dalam dokumen RUPTL 2021-2030 milik PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) atau PLN.

Menurut Rachmat, sejumlah investor potensial itu meminta alokasi yang lebih besar untuk kepastian investasi pembangkit EBT di Indonesia. 

“Kita mencoba untuk mengajak orang berinvestasi dalam rantai pasok kita dan mereka bilang RUPTL di sini masih relatif kecil untuk pembangkit EBT-nya,” kata Rachmat di Jakarta, Senin (7/8/2023). 

Seperti diketahui, RUPTL 2021-2030 PLN mencanangkan porsi pengembangan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan sebesar 51,6 persen dan energi fosil 48,4 persen. 

Adapun, kapasitas pembangkit EBT akan ditambah hingga 20.923 megawatt (MW). Kapasitas ini terbagi pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA/M/MH) mencapai 10.391 MW, PLTB 597 MW, PLT Bio 590 MW, PLTP 3.355 MW, PLTS 4.680 MW. PLT EBT Base 1.010 MW, dan battery energy storage system (BESS) 300 MW.

Sementara itu, tambahan kapasitas pembangkit energi fosil didominasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU/MT) 13.819 MW, PLTG/GU/MG 5.828 MW, serta PLTD sebesar 5 MW. Total penambahan kapasitas pembangkit fosil adalah 19.652 MW.

Secara keseluruhan, pemerintah membidik penambahan kapasitas listrik hingga 40.575 MW pada 2030. 

Rachmat mengatakan, pemerintah bersama dengan PLN tengah berupaya untuk menaikan persentase dari porsi penambahan pembangkit EBT dalam rencana penyediaan listrik perusahaan setrum pelat merah tersebut. Selain itu, dia menambahkan, terdapat potensi permintaan yang ikut tumbuh di luar negeri yang dapat dioptimalkan sebagai peluang investasi industri pembangkit bersih di dalam negeri. 

“Kita akan lihat peningkatan [porsi EBT]-nya tentu saja, tapi penting juga melihat pertumbuhan permintaan yang datang dari negara lain, yang memungkinkan kita untuk meningkatkan permintaan dan mengajakan investor berinvestasi membantu rantai pasok kita,” kata dia. 

Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan bahwa ekspor listrik dari energi baru terbarukan ke Singapura akan direalisasikan bila komitmen investasi Negeri Singa itu untuk membangun industri panel surya atau solar photovoltaik (PV) di Indonesia telah dilakukan. 

Kesepakatan dengan pemerintah Singapura itu telah diteken dalam nota kesepahaman atau MoU di sela-sela kegiatan tahunan Leader’s Retreat yang digelar di Singapura pada 17 Maret 2023 lalu. Lewat MoU itu, Singapura meminta pasokan listrik bersih dari Indonesia untuk rencana bauran energi sampai 2035 mendatang.  

Sementara itu, Indonesia mensyaratkan ekspor listrik dapat dilakukan jika terjadi penciptaan industri hulu sampai hilir panel surya dan juga komponen pendukung lainnya seperti sistem penyimpanan energi baterai (SPEB) di dalam negeri. 

Jisman menuturkan, perusahaan nasional yang tergabung lewat konsorsium Indonesia Solar Panel Industri & Renewable Alliance (Inspira) juga telah melakukan kerja sama untuk membangun rantai pasok dan industrialisasi panel surya di dalam negeri. Konsorsium itu terdiri atas PT Adaro Power, Medco Power dan Energi Baru TBS. 

“Dari Medco kan sudah ada MoU bahwa nanti ekspornya [listrik] itu kalau PV diproduksi di Indonesia,” kata Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Jisman P. Hutajulu, saat ditemui di Jakarta, Rabu (2/8/2023). 

Jisman menyebut, pemerintah telah memegang beberapa komitmen investasi anyar untuk rencana industrialisasi panel surya di sejumlah daerah yang berdekatan dengan Singapura. 

“Ada banyak yang mau masuk ke Indonesia untuk PV ini, jadi lagi dicarikan juga ini, kita dorong ada rencana di Pulau Rembang. Xinyi, sudah serius sepertinya untuk investasi memproduksi solar panel,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper