Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Beli LPG 3 Kg Dibatasi Mulai 2024, Pendaftar Baru 6,7 Juta Orang

Kementerian ESDM akan membatasi pembelian LPG tabung 3 kg efektif mulai 1 Januari 2024. Masyarakat yang dapat membeli yang telah terdaftar Pertamina
Petugas melakukan tahap pengisian LPG pada tabung gas 3kg di SPBE Srengseng, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Petugas melakukan tahap pengisian LPG pada tabung gas 3kg di SPBE Srengseng, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina Patra Niaga telah menjaring sekitar 6,7 juta konsumen yang terdaftar ke dalam sistem informasi pengguna liquefied petroleum gas (LPG) 3 kilogram (kg) per 31 Juli 2023. Data itu bakal digunakan Pertamina untuk menyalurkan LPG subsidi tepat sasaran ke tengah masyarakat yang ditarget efektif 1 Januari 2024. 

Direktur Utama Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan mengatakan, informasi konsumen yang berhasil dihimpun itu terpaut cukup lebar dari transaksi harian yang bisa mencapai 8,8 juta untuk LPG subsidi. Riva mengatakan, perseroannya bakal melanjutkan pendataan verifikasi pembeli tepat sasaran hingga triwulan ketiga tahun ini. 

“Sebagai perbandingan transaksi harian itu ada 8,8 juta [konsumen] per hari dan saat ini untuk per 31 Juli 2023 kami berhasil mendata 6,7 juta konsumen pengguna dan tercatat di seluruh pangkalan,” kata Riva saat konferensi pers daring, Kamis (3/8/2023). 

Riva mengatakan, transaksi tertinggi sempat tercatat mencapai 1,2 juta LPG 3 kilogram pada 31 Juli 2023 lalu. Transaksi itu mencerminkan intensitas pembelian gas melon yang masif di tengah kekhawatiran kelangkaan tabung beberapa bulan terakhir. 

“Ini merupakan salah satu indikasi bahwa masyarakat sudah mulai terbiasa dan mau melakukan pendataan di level pangkalan LPG untuk memanfaatkan sistem digilitasi tersebut,” kata dia. 

Seperti diketahui, Kementerian ESDM akan membatasi pembelian LPG tabung 3 kg efektif mulai 1 Januari 2024. Nantinya, masyarakat yang telah terdata dalam sistem verifikasi PT Pertamina (Persero) saja yang dapat membeli gas melon subsidi tersebut. 

Ketetapan itu tertuang dalam lampiran Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Nomor 99.K/MG.05/DJM/2023 yang ditetapkan pada 28 Februari 2023.

Berdasarkan laporan Kementerian ESDM, pemerintah bersama dengan Pertamina telah melakukan pendataan sebanyak lima gelombang sejak Maret 2023 sampai dengan 30 Juli 2023.

Pendataan lima gelombang itu sudah dilakukan di 419 kabupaten dan kota yang tersebar di Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan, hingga Sulawesi. 

“Dalam tahap pendataan ini tidak ada pembatasan pembelian tabung LPG 3 kg, masyarakat bisa membeli di pangkalan atau penyalur resmi Pertamina hanya perlu menunjukkan KTP dan kartu keluarga, apabila sudah terdata dalam sistem cukup menunjukkan KTP untuk pembelian selanjutnya,” kata Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Maompang Harahap. 

Sebelumnya, Pertamina Patra Niaga memproyeksikan bakal terjadi kelebihan konsumsi atau over kuota LPG 3 kg pada akhir 2023 sebesar 2,7 persen dari alokasi yang disiapkan pemerintah dan parlemen lewat anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2023. 

Kelebihan proyeksi konsumsi gas melon itu disebabkan karena belum masifnya pendataan pembelian tabung gas subisidi itu di tengah masyarakat. Sementara itu, disparitas harga dengan LPG nonsubsidi makin lebar yang terlihat dari migrasi pembelian ke gas tabung subsidi yang terus meningkat setiap tahunnya. 

Pertamina Patra Niaga memproyeksikan kuota yang bakal terserap tahun ini bakal melebar ke angka 8,22 juta ton atau lebih tinggi dari alokasi yang ditetapkan dalam APBN 2023 sebesar 8 juta ton. Artinya, masih terdapat potensi konsumsi yang belum diantisipasi dalam APBN 2023 sekitar 220.000 ton hingga akhir tahun nanti.

Berdasarkan rekapitulasi Pertamina Patra Niaga, realisasi penyaluran LPG 3 kg sudah mencapai 3,32 juta sepanjang Januari hingga Mei 2023, hitung-hitungan itu lebih tinggi 8,4 persen dari realisasi pada periode yang sama tahun lalu di level 3,16 juta ton. Akan tetapi, realisasi sepanjang paruh pertama tahun ini sudah lebih tinggi 40 persen dari prognosa 2023.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper