Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Inpex Bersama Pertamina & Petronas Bahas Revisi Pengembangan Blok Masela

Usai Shell hengkang dari Blok Masela, Inpex bersama Pertamina dan Petronas mulai membahas revisi pengembangan salah satu blok migas terbesar di Indonesia itu.
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas
Platform migas lepas pantai. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA — Operator Blok Masela, Inpex Masela Ltd bersama dengan konsorsium PT Pertamina (Persero) dan Petronas tengah membahas revisi rencana pengembangan lapangan atau plan of development (PoD) proyek LNG Abadi Blok Masela selepas transaksi divestasi Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (SUOS), anak usaha Shell plc rampung bulan ini. 

Inpex bersama dengan konsorsium Pertamina dan Petronas diketahui tengah membentuk tim kerja untuk menyusun rencana percepatan pengerjaan proyek strategis nasional senilai US$19,8 miliar yang telah lama terbengkalai tersebut. 

“Akan dibentuk tim bulan Agustus ini untuk menyiapkan rencana kerja, diharapkan dalam 3 bulan rencana kerja selesai,” kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasfrif, Jumat (28/7/2023). 

Selepas perumusan rencana kerja itu, Arifin mengatakan, operator bersama dengan konsorsium bakal mengajukan revisi PoD kepada Kementerian ESDM sebagai komitmen dan strategis penyelesaian proyek ladang gas di portofolio Indonesia timur itu. 

“Habis itu akan mengajukan rencana pengembangan [PoD], kalau PoD jalan kita ada kepastian kapan produksi pertama bisa terjadi,” kata dia. 

Di sisi lain, Arifin memastikan, proyek pengembangan Blok Masela bakal tetap menggunakan sistem kombinasi darat (onshore) dan laut (offshore) untuk memastikan nilai investasi dari rencana pengembangan lapangan yang ada sebelumnya.

Lewat sistem kombinasi itu, pengeboran dasar laut bakal dilakukan di kedalaman 600 meter serta kedalaman sumur 4.000 meter, gas yang didapat akan diolah dalam bangunan apung bernama floating production, storage and offloading (FPSO) untuk dimurnikan dari kandungan zat lain. 

Setelah dimurnikan di FPSO, gas bakal disalurkan menuju kilang gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG) yang ada di darat melalui pipa bernama Gass Export Pipeline (GEP) yang berjarak 175 kilometer serta melalui palung-palung laut. 

Seperti diketahui, Pertamina bersama dengan Petronas baru saja rampung mengakuisisi 35 persen hak partisipasi atau participating interest (PI) Shell di proyek LNG Abadi Blok Masela. Pengalihan saham partisipasi kepada perusahaan pelat merah itu diharapkan dapat mengakselerasi proyek yang beberapa kali mengalami kemunduran. 

Berdasarkan pernyataan resmi Shell, nilai divestasi 35 persen hak pengelolaan SUOS itu dilepas dengan harga sebesar US$650 juta setara dengan Rp9,75 triliun (asumsi kurs Rp15.002 per dolar AS) kepada konsorsium Pertamina dan Petronas. Lewat konsorsium ini, Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) bakal memiliki 20 persen hak partisipasi Blok Masela, sementara Petronas 15 persen. 

Rencananya transaksi divestasi itu bakal dilunasi lewat dua termin permbayaran, yakni US$325 juta secara tunai dan tambahan US$325 akan dilunasi konsorsium Pertamina dan Petronas saat final investment decision (FID) yang ditarget rampung pada triwulan ketiga tahun ini.  

Adapun, Shell plc melaporkan transaksi efektif sudah berjalan pada Januari 2023. Shell menargetkan transaksi divestasi itu rampung tahun ini seiring dengan upaya perusahaan untuk mengalihkan alokasi investasi di sisi hulu migas. 

Selepas akuisisi, Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan bahwa pemerintah meminta proyek LNG Abadi Blok Masela dapat on stream pada 2029.

Target on stream yang diminta pemerintah itu lebih cepat 2 tahun dari proposal terakhir yang disampaikan operator Blok Masela, Inpex Masela Ltd dan Shell pada rentang tahun 2031 sampai dengan 2032 selepas revisi rencana pengembangan lapangan  pemasangan fasilitas penangkapan dan penyimpanan (CCS) yang disampaikan April 2023.  

“Harapannya pemerintah, mulai on stream 2029, jadi tentu tantangan luar biasa kalau dari jadwal awal Inpex dan Shell itu mereka target 2031 sampai dengan 2032,” kata Nicke saat ditemui di sela-sela agenda IPA Convex, BSD Tangerang, Selasa (25/7/2023). 

Nicke mengatakan, perseroannya tengah berkoordinasi intensif bersama dengan Inpex dan Petronas untuk mempercepat upaya pengerjaan ladang gas terbesar di Indonesia yang telah lama terbengkalai tersebut.

“Kami melakukan upaya bersama dengan Inpex dan Petronas dan pemerintah untuk bersama-sama mengakselerasi proyek ini agar segera bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan gas dalam negeri,” ujar dia.

Adapun, Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diestimasikan dapat mencapai 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun MTPA dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd).   

Proyek yang diperkirakan menelan biaya investasi hingga US$19,8 miliar itu menjadi aset pengelolaan gas terbesar kedua dari Inpex, setelah Ichthys LNG Project di Australia.  Proyek Blok Abadi Masela itu bakal menutupi lebih dari 10 persen kebutuhan impor LNG tahunan Jepang nantinya. Di sisi lain, proyek itu juga diharapkan dapat menjaga ketahanan pasokan energi di Indonesia, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper