Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Was-was, Permintaan Minyak Mentah Indonesia Anjlok!

Menkeu Sri Mulyani was-was karena permintaan minyak mentah Indonesia (ICP) anjlok. Penerimaan negara bakal turun?
Menkeu Sri Mulyani membacakan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2024 dalam rapat Paripurna DPR RI, Selasa (30/5/2023). Dok Kemenkeu RI
Menkeu Sri Mulyani membacakan Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal Tahun 2024 dalam rapat Paripurna DPR RI, Selasa (30/5/2023). Dok Kemenkeu RI

Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pihaknya terus waspada terhadap permintaan minyak mentah Indonesia yang anjlok di tingkat global dan berimbas pada menurunnya penerimaan negara. 

Sri Mulyani menyatakan bahwa dalam asumsi dasar ekonomi makro 2023, harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) diperkirakan akan berada di rentang US$75-US$80 per barel hingga akhir tahun ini. 

Padahal, dalam APBN awal Sri Mulyani menargetkan harga komoditas unggulan Indonesia tersebut dapat mencapai US$90 per barel. 

Sebagaimana diketahui, harga minyak mentah Indonesia dipengaruhi oleh pemotongan produksi oleh OPEC+ dan pelemahan permintaan minyak global.

Strategis pemotongan produksi minyak oleh OPEC+ pun belum mampu mengangkat harga minyak mentah di atas US$80/barel. Tercatat sepanjang 2023 hingga Juni, harga minyak mentah Brent telah terkikis 9,4 persen sehingga berada di posisi US$76,3/barel. 

Menurut, hal ini menjadi gambarkan bahwa permintaan terhadap minyak mentah menurun. 

“Baik karena pelemahan ekonomi global maupun tren shifting kepada climate change dan renewable, ini yang harus kita waspadia,” ujarnya dalam Rapat Kerja bersama Banggar di Senayan, Senin (10/7/2023). 

Lifting minyak pun diproyeksikan akan lebih rendah, di posisi 610.000 - 640.000 barel per hari, dari target awal APBN sebesar 660.000 barel per hari. 

Pada saat yang bersamaan, pertumbuhan ekonomi global terpantau melemah, tercermin dari kinerja ekspor impor Indonesia. 

Pada Mei 2023, tercatat ekspor Indonesia mencapai US$21,7 miliar, tumbuh tipis hanya 0,96 persen (year-on-year/yoy). Sedangkan impor mencapai US$21,28 milar atau melonjak cukup tinggi hingga 14,35 persen. 

“Neraca perdagangan dengan demikian mengalami surplus meskipun cukup tipis, hanya US$0,44 miliar,” tambahnya. 

Di sisi lain, aktivitas ekonomi domestik masih cukup terjaga. Surplus neraca perdagangan pada Januari-Mei 2023 sebesar US$16,5 miliar. Sri Mulyani mengatakan optimisme masyarakat cukup kuat, serta PMI manufkatur Indonesia yang masih terus ekspansif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper