Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Selain China, Bank Singapura Makin Agresif Kucurkan Kredit ke Smelter Indonesia

Kemenko Marves mengungkapkan bahwa minat perbankan asing untuk mendanai proyek smelter mineral di Indonesia makin meningkat.
Progres konstruksi smelter konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia di  Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur, Rabu (29/3/2023)/Bisnis-Denis Riantiza Meilanova
Progres konstruksi smelter konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur, Rabu (29/3/2023)/Bisnis-Denis Riantiza Meilanova

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah memastikan minat perbankan asing dan domestik untuk mendanai proyek pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter mineral logam di dalam negeri belakangan mulai tumbuh signifikan. 

Deputi Bidang Investasi dan Pertambangan Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) Septian Hario Seto menuturkan, selain lembaga keuangan China, sejumlah bank asal Singapura belakangan mulai agresif untuk menyalurkan pembiayaan smelter domestik tahun ini. 

“Sekarang saya lihat bank-bank Singapura juga cukup agresif dalam pembiayaan proyek-proyek hilirisasi di Indonesia, di dalam negeri mungkin hanya empat hingga lima bank yang memiliki kemampuan untuk pembiayaan hilirisasi ini,” kata Seto, sapaan karibnya saat webinar, Senin (12/6/2023). 

Pembiayaan perbankan Singapura itu mengikuti komitmen kredit yang lebih dahulu disalurkan sejumlah lembaga keuangan China untuk proyek smelter bijih nikel di dalam negeri sejak larangan ekspor komoditas tersebut pada 2020. 

Di sisi lain, kata Seto, komitmen pinjaman dari entitas luar negeri itu juga belakangan diikuti dengan beberapa bank domestik. Dia berharap penyaluran kredit dari lembaga keuangan makin intensif di tengah kebutuhan modal yang terbilang besar dari proyek pembangunan smelter saat ini. 

Adapun, rata-rata biaya pembangunan smelter untuk setiap unitnya mencapai di kisaran US$1,2 miliar hingga US$1,4 miliar. Saat ini, porsi modal yang disanggupi perusahaan domestik berada di kisaran 30 persen yang diimbangi dengan pinjaman lembaga keuangan di kisaran 70 persen. 

“Rata-rata kalau saya lihat perusahaan lokal dalam negeri yang terlibat proyek hilirisasi ini mereka sudah punya hubungan dengan perbankan domestik atau Singapura, so far mereka tidak terlalu membutuhkan peran dari pemerintah dalam hal ini,” kata Seto.

Sebelumnya, Asosiasi Pengusaha Bauksit dan Bijih Besi Indonesia (APB3I) mendorong pemerintah untuk berinvestasi lebih intensif pada pembangunan smelter bijih bauksit selepas moratorium ekspor bahan baku aluminium itu pada 10 Juni 2023. 

Pelaksana Harian Ketua Umum APB3I Ronald Sulistyanto mengatakan, investasi pemerintah pada lini pengolahan bijih bauksit itu penting di tengah kurangnya kepercayaan investor dan lembaga pemberi pinjaman untuk ikut berinvestasi pada pembangunan smelter tersebut.  

“Kalau bank Himbara saja mengatakan proyek itu tidak feasible, bagaimana dengan bank-bank asing,” kata Ronald saat dihubungi, Senin (9/1/2023). 

Menurut Ronald, komitmen pemerintah untuk ikut berinvestasi lebih intensif pada smelter bauksit bakal ikut membenahi tingkat keekonomian proyek yang dinilai terlalu berisiko tersebut.  

“Pemerintah bisa ikut menanamkan modalnya melalui BUMN, nanti bisa dibentuk joint operations, misalnya ada 30 perusahaan bikin tujuh smelter dibagi empat perusahaan gabung jadi satu di situ modal jadi banyak,” kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper