Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantap! Ekonomi Indonesia Disebut Paling Kuat Setelah Korea Selatan

Ekonom Bank Mandiri menyebut kondisi ekonomi Indonesia paling kuat setelah Korea Selatan (Korsel). Ini buktinya!
Presiden Joko Widodo memberikan kata sambutan dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023 di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta pada Rabu (21/12/2022). Dok. Yotube Kemenko Perekonomian RI.
Presiden Joko Widodo memberikan kata sambutan dalam acara Outlook Perekonomian Indonesia 2023 di Hotel Ritz-Carlton, Jakarta pada Rabu (21/12/2022). Dok. Yotube Kemenko Perekonomian RI.

Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Ekonom Bank Mandiri (BMRI) Andry Asmoro mengatakan indeks kerentanan ekonomi Indonesia saat ini paling kuat setelah Korea Selatan (Korsel). 

Doa menyampaikan bahwa kondisi ekonomi Indonesia saat ini tidak serentan negara berkembang atau emerging market (EM) lainnya dalam menghadapi tekanan global. 

Dalam rapat dengar pendapat umum (RDPU) Badan Anggaran (Banggar) DPR terkait dampak kebijakan moneter internasional, Andry menyebutkan bahwa situasi saat ini berbeda dengan kondisi pada Taper Tantrum 2013 silam. 

“Indonesia sekarang dari sisi vulnerability index atau indeks kerentanan, per bulan lalu berada di 7,1 persen, artinya kami nomor dua terbaik setelah Korea Selatan,” ujarnya di Kompleks Parlemen, Kamis (6/4/2023). 

Dalam paparannya, dirinya mencoba memperhitungkan dari sisi inflasi, suku bunga, hingga saldo berjalan, Indonesia dinilai cukup kuat. Sebagai catatan, semakin rendah index yang dihasilkan, semakin kuat kondisi negara tersebut. 

Bahkan, Andry memaparkan Indonesia lebih kuat dari negara tetangga, seperti Thailand (9,3 persen) dan Malaysia (11 persen). 

Sebagai contoh, gross public debt (percentage to GDP) Indonesia di level 40,9 persen, sementara Thailand di angka 59,6 persen. 

Sementara bila membandingkan dengan kondisi saat Taper Tantrum 2013, kondisi Indonesia saat ini jauh lebih kuat, terutama dengan adanya guncangan dengan runtuhnya bank-bank di Amerika Serikat dan Eropa, salah satunya Silicon Valley Bank (SVB). 

“Kalau 2013 lalu, kami masuk fragile five. Kami tahun ini malah masuk one of the most less fragile, ini yang menjadi dasar, kami yakani itu opportunity juga buat Indonesia,” tambahnya. 

Pada kesempatan yang sama, Pakar Raden Pardede yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Komite Pengawas Perpajakan Kementerian Keuangan Periode 2019-2022 menyebutkan adanya peluang Indonesia di tengah pengetatan kebijakan moneter. 

Dia melihat penguatan dolar AS yang diiringi kenaikan suku bunga, sering kali menaikkan permintaan produk luar negeri. 

“Di satu sisi kenaikan suku bunga membuat ekonomi melemah tapi di sisi lain penguatan dolar AS akibat dari suku bunga itu membuat produk luar negeri jadi murah, jadi di satu sisi ekspor bisa turun, tapi kalau dolar menguat, ekspor kita punya peluang di situ,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper