Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Zona Euro Kembali Pulih, Selamat dari Resesi Nih?

Indeks Manajer Pembelian atau Purchasing Managers’ Index (PMI) S&P Global untuk zona euro naik menjadi 50,2 pada Januari 2023.
Seorang wanita berbelanja pada Black Friday di Madrid tengah, Spanyol, pada Jumat, (25/11/2022)./Bloomberg
Seorang wanita berbelanja pada Black Friday di Madrid tengah, Spanyol, pada Jumat, (25/11/2022)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Aktivitas ekonomi Eropa tumbuh pada awal 2023 sekaligus memberikan angin segar terhadap kemungkinan kawasan ini menghindari resesi.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (24/1/2023), Indeks Manajer Pembelian atau Purchasing Managers’ Index (PMI) S&P Global naik menjadi 50,2 pada Januari 2023 dari 49,8 pada bulan Desember 2022.

Data positif pada awal 2023 ini juga merupakan pertama kalinya indeks berada di atas 50 yang menandakan ekspansi aktivitas di zona euro, setelah sebelumnya mengalami kontraksi sejak Juni 2022.

Sejumlah faktor telah meningkatkan optimisme bahwa zona euro dapat menghindari resesi pada tahun 2023, mulai dari inflasi yang melandai, musim dingin yang lebih baik dari perkiraan, serta melonggarnya hambatan rantai pasokan.

Kepala ekonom bisnis S&P Global Market Intelligence Chris Williamson menilai meskipun ekonomi yang stabil memberi tanda bahwa kawasan ini mungkin akan terhindar dari resesi, zona euro sama sekali belum keluar dari masa sulit.

Setelah data PMI dirilis, euro berbalik stagnan dan imbal hasil obligasi pemerintah Jerman melemah. Data PMI Jerman dan Prancis masih terkontraksi, meskipun sektor jasa Jerman dan manufaktur Prancis mencatat ekspansi.

"Permintaan terus turun dan kenaikan inflasi harga jual barang dan jasa akan menambah dorongan bagi para (pejabat ECB) hawkish untuk semakin melakukan pengetatan kebijakan moneter lebih lanjut," jelas Chris.

European Central Bank (ECB) telah menaikkan suku bunga sebesar 250 basis poin dan akan kembali menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin dalam pertemuan pekan depan.

"Kemungkinan kenaikan suku bunga didorong oleh kenaikan pertumbuhan lapangan kerja yang tercatat selama bulan ini dan tanda-tanda kenaikan upah yang mendorong kembalinya tekanan harga," pungkas Chris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper