Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perekonomian Melambat, Prospek Pasar Tenaga Kerja di China Makin Suram

Indeks Sentimen Ketenagakerjaan People’s Bank of China (PBOC) turun menjadi 35,4 pada kuartal III/2022.
Sejumlah warga sedang menikmati makanan dan minuman di luar salalh satu kafe di Distrik Chaoyang, Beijing, China, Rabu (18/5/2022). Sejak 1 Mei 2022, otoritas setempat melarang warga makan dan minum di restoran dan kafe untuk memudahkan pengendalian Covid-19 varian Omicron selama lockdown parsial./Antara
Sejumlah warga sedang menikmati makanan dan minuman di luar salalh satu kafe di Distrik Chaoyang, Beijing, China, Rabu (18/5/2022). Sejak 1 Mei 2022, otoritas setempat melarang warga makan dan minum di restoran dan kafe untuk memudahkan pengendalian Covid-19 varian Omicron selama lockdown parsial./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Prospek pasar tenaga China mencatat rekor kontraksi terburuk akibat perlambatan ekonomi. Hal ini menjadi kekhawatiran para pejabat saat Partai Komunis bersiap mengadakan pertemuan politik penting pekan depan.

Dilansir dari Bloomberg pada Senin (10/10/2022), Indeks Sentimen Ketenagakerjaan People’s Bank of China (PBOC), berdasarkan survei prospek pekerjaan rumah tangga, turun menjadi 35,4 pada kuartal III/2022, level terendah sejak data dimulai pada 2010.  Angka di bawah 50 menunjukkan kontraksi di sektor ini.

Sekitar 45,2 persen rumah tangga yang didata mengatakan sulit mencari pekerjaan dan hanya 9,7 persen responden yang mengatakan mudah mendapatkan pekerjaan.

Ekonom di Oversea-Chinese Banking Corp Singapura Tommy Xie mengatakan kepercayaan yang memburuk di kalangan penduduk kemungkinan akan menunda pemulihan ekonomi.

Menurutnya, sentimen yang lemah adalah hasil dari beberapa faktor termasuk tindakan keras pemerintah, pembatasan Covid-19 dan penurunan properti, pendekatan pihak berwenang secara perlahan saat ini seperti menawarkan insentif pembelian rumah tidak akan dapat mengatasi masalah tersebut.

“Sektor rumah tangga yang terus melemah adalah tantangan terbesar dalam perekonomian. Paket kebijakan komprehensif yang mempertimbangkan Covid dan regulasi industri akan diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat,” ungkapnya.

Survei prospek pasar tenaga kerja ini  menggarisbawahi turunnya kepercayaan karena pertumbuhan terseret oleh wabah Covid-19 yang berulang dan kemerosotan pasar properti yang telah berlangsung selama lebih dari setahun.

Prospek pekerjaan bagi kaum muda sangat suram dengan tingkat pengangguran bagi mereka yang berusia 16-24 hampir 19 persen. Hasil tersebut hampir empat kali lipat tingkat pengangguran resmi perkotaan sebesar 5,3 persen.

Data terpisah dari survei manajer pembelian pekan lalu menunjukkan hilangnya pekerjaan yang sedang berlangsung di sektor jasa, pemberi kerja utama.

Pejabat tinggi juga menyoroti pentingnya pekerjaan sebagai fokus utama bagi pemerintah karena mereka meremehkan target pertumbuhan. Ekonom memperkirakan produk domestik bruto akan tumbuh hanya 3,3 persen tahun ini, jauh di bawah target resmi sekitar 5,5 persen.

Selain itu, beberapa indikator lain menunjukkan pesimisme yang semakin dalam di sektor swasta China merupakan bagian terbesar dari perekonomian. Investasi swasta dalam aset tetap hanya tumbuh 2,3 persen dalam delapan bulan pertama tahun ini, laju paling lambat sejak akhir 2020.

Penjualan ritel mencatat penurunan bulanan selama dua bulan berturut-turut, hanya kedua kalinya dalam data kembali ke 2011. Belanja liburan selama libur Hari Nasional pekan lalu merosot dari tahun lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper