Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Waspada! Dampak Perang Rusia-Ukraina Mulai Merembet ke Sektor Keuangan RI

Dampak dari perang Rusia dan Ukraina mulai merembet ke sektor keuangan. Hal ini tercermin dari pergerakan premi risiko investasi (credit default swap/CDS) Indonesia yang sedikit mengalami peningkatan
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memimpin pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/POOL
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memimpin pertemuan tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral atau Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting (FMCBG) di Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (17/2/2022). ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/POOL

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa dampak dari perang Rusia dan Ukraina yang mendorong kenaikan inflasi mulai merembet ke sektor keuangan.

Hal ini tercermin dari pergerakan premi risiko investasi (credit default swap/CDS) Indonesia yang sedikit mengalami peningkatan, serta tertekannya nilai tukar rupiah.

Pasar keuangan dan obligasi di Amerika Serikat, kata Sri Mulyani, mengalami perubahan yang sangat fundamental, sehingga akan memberikan dampak pada meningkatnya cost of fund di seluruh dunia.

Namun demikian, imbuhnya, nilai tukar rupiah cenderung stabil dan spread antara yield SBN tenor 10 tahun dengan US Treasury masih cukup kompetitif.

Yield 10 tahun SBN rupiah memang mengalami sedikit kenaikan, namun dibandingkan negara lain, bahkan dibandingkan AS pun, kita masih lebih rendah kenaikannya,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita, Rabu (20/4/2022).

Di sisi lain, dia mengatakan aliran modal yang mengalir ke negara berkembang juga mengalami perubahan sentimen akibat inflasi yang tinggi di AS, yang kemudian direspons dengan pengetatan moneter sehingga mendorong kenaikan yield US Treasury.

Kondisi ini menyebabkan keluarnya aliran modal asing dari negara berkembang, termasuk Indonesia, meski outflow yang terjadi lebih terbatas dibandingkan negara lain.

“Dalam hal ini kita lihat capital flow untuk ekuitas masih sangat positif, tapi capital flow dari sisi surat utang negatif. Ini yang harus terus kita jaga dari sisi likuiditas SBN maupun dari sisi pembiayaan defisit atau pembiayaan dari SUN yang harus dijaga secara hati-hati,” jelas Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper