Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sanksi Ekonomi Amerika Serikat-EU ke Rusia, Kadin Khawatirkan Hambat Pemulihan Nasional

Gegara perang Rusia-Ukraina berpotensi mengakibatkan penurunan kepercayaan global untuk melakukan kegiatan ekonomi antar negara, khususnya dengan negara berkembang seperti Indonesia, karena persepsi uncertainty yang lebih tinggi,
Shinta Kamdani. Bisnis/Nurul Hidayat
Shinta Kamdani. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri (Kadin) mengkhawatirkan sanksi ekonomi yang dilayangkan Amerika Serikat dan Uni Eropa terhadap Rusia akan menghambat proses pemulihan ekonomi dalam negeri pada tahun ini.

Koordinator Wakil Ketua Umum III Kadin bidang Maritim Investasi dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani mengatakan gejolak pasar global akibat sanksi ekonomi itu turut menimbulkan kondisi tidak menentu di perdagangan internasional.

“Akan ada penurunan kepercayaan global untuk melakukan kegiatan ekonomi antar negara, khususnya dengan negara berkembang seperti Indonesia, karena persepsi uncertainty yang lebih tinggi,” kata Shinta melalui pesan WhatsApp, Kamis (10/3/2022).

Hal itu, kata Shinta, jauh lebih merugikan perdagangan dan proses pemulihan ekonomi nasional daripada sanksi-sanksi ekonomi langsung ke Rusia. Alasannya, Indonesia tidak memiliki transaksi finansial yang cukup banyak dengan Rusia dari segi perdagangan atau investasi.

“Penurunan confidence global terhadap negara berkembang ini yang menyebabkan pelemahan nilai tukar, pelemahan pasar saham dan kenaikan harga input produksi, energi termasuk bahan bakar minyak dan pangan yang diimpor secara eksponensial belakangan ini,” kata dia.

Malahan, dia menambahkan, situasi itu dapat mengungkit inflasi di pasar domestik yang bakal membebani upaya pemulihan ekonomi di tengah momentum pelandaian pandemi pada awal tahun ini.

“Ini beban yang besar pada masa-masa ini karena pemerintah juga punya keterbatasan untuk membendung efek-efek negatif ini terhadap ekonomi dalam negeri,” kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, rupiah diprediksi melanjutkan penguatan pada perdagangan hari ini, Kamis (10/3/2022), seiring dengan pemerintah Indonesia yang melonggaran aktivitas publik demi membantu pemulihan ekonomi dalam negeri. Berdasarkan data Bloomberg, kemarin rupiah ditutup naik 0,38 persen ke level Rp14.341 per dolar AS. Rupiah tercatat menguat bersama mata uang Asia lainnya.

Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, pergerakan mata uang Garuda terhadap dolar AS masih terkait dengan perkembangan invasi Rusia. "Hingga sore kemarin ini, sentimen pasar keuangan terhadap aset berisiko terlihat cukup positif, sehingga rupiah pun ikut menguat terhadap dolar AS," ujar Ariston dihubungi Bisnis, Rabu (9/3/2022).

Menurutnya, sentimen positif penguatan rupiah tersebut datang dari dua perkembangan terbaru, yakni Rusia yang memberlakukan periode tenang untuk membuka jalur evakuasi bagi sipil Ukraina.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper