Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Penjelasan Kementerian ESDM Soal HBA yang Tembus Rekor

China cukup kewalahan memenuhi kebutuhan batu bara dalam negeri akibat terjadinya kendala operasional seperti adanya kecelakaan tambang dan perubahan cuaca berupa hujan yang ekstrem.
Kegiatan bongkar muat batu bara di area pertambangan PT Mitrabara Adiperdana Tbk./mitrabara
Kegiatan bongkar muat batu bara di area pertambangan PT Mitrabara Adiperdana Tbk./mitrabara

Bisnis.com, JAKARTA—Harga batu bara acuan atau HBA Juli 2021 mencatatkan kenaikan sebesar US$15,02 per ton menjadi US$115,35 per ton dibandingkan dengan Juni 2021 yang berada di level US$100,33 per ton.

Kenaikan ini utamanya dipicu oleh tingginya tingkat konsumsi di negara-negara Asia Timur dan menjadi HBA tertinggi dalam 10 tahun terakhir.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Agung Pribadi mengatakan bahwa konsumsi batu bara China terus mengalami lonjakan.

"Kapasitas pasokan batu bara domestik China terus menipis seiring kembalinya geliat aktivitas pembangkit listrik," kata Agung melalui keterangan tertulisnya, Senin (5/7/2021).

Menurutnya, China sendiri cukup kewalahan memenuhi kebutuhan batu bara dalam negeri akibat terjadinya kendala operasional seperti adanya kecelakaan tambang dan perubahan cuaca berupa hujan yang ekstrem.

Selain China, sambung Agung, Jepang dan Korea Selatan juga menunjukkan grafis kenaikan serupa. "Ini berimbas pada kenaikan harga batu bara global," imbuhnya.

Seperti diketahui, ketetapan kenaikan HBA ini tertuang dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 121.K/HK.02/MEM.B/2021 tentang Harga Mineral Logam Acuan dan Harga Batu Bara Acuan untuk Juli 2021 dan ditetapkan oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif pada 2 Juli 2021.

Kenaikan ini merupakan rekor tertinggi baru, setelah sebelumnya pada Juni lalu juga menembus US$100,33 per ton, dan mencatatkan sebagai HBA tertinggi sejak November 2011 yang saat itu mencapai US$116,65 per ton. "Kenaikan ini menjadi yang paling tinggi dalam satu dekade," kata Agung.

HBA adalah harga yang diperoleh dari rata-rata indeks Indonesia Coal Index (ICI), Newcastle Export Index (NEX), Globalcoal Newcastle Index (GCNC), dan Platt's 5900 pada bulan sebelumnya, dengan kualitas yang disetarakan pada kalori 6322 kcal/kg GAR, Total Moisture 8 persen, Total Sulphur 0,8 persen, dan Ash 15 persen.

Terdapat dua faktor turunan yang memengaruhi pergerakan HBA yaitu, supply dan demand. Pada faktor turunan supply dipengaruhi oleh cuaca, teknis tambang, kebijakan negara supplier, hingga teknis di supply chain, seperti kereta, tongkang, maupun loading terminal.

Sedangkan untuk faktor turunan demand dipengaruhi oleh kebutuhan listrik yang turun berkorelasi dengan kondisi industri, kebijakan impor, dan kompetisi dengan komoditas energi lain, seperti LNG, nuklir, dan hidro.

Nantinya, HBA Juli ini akan dipergunakan pada penentuan harga batu bara pada titik serah penjualan secara free on board di atas kapal pengangkut (FOB vessel).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper