Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Transisi Penggunaan BBM ke Listrik Bisa Jadi Solusi Masalah Energi

Dari total produksi energi nasional, sekitar 67 persen dikontribusikan dari batu bara, 12 persen dari gas alam, dan 10 persen dari minyak bumi.
Proses pengisian energi mobil listrik saat peluncuran Green Energy Station (GES) Pertamina di Jakarta, Senin (10/12/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay
Proses pengisian energi mobil listrik saat peluncuran Green Energy Station (GES) Pertamina di Jakarta, Senin (10/12/2018)./ANTARA-Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Menteri BUMN Budi G. Sadikin menilai transisi dari penggunaan BBM ke energi listrik pada sektor transportasi bisa menjadi solusi mengatasi ketidakseimbangan permintaan dan pasokan energi di Indonesia.

Budi mengatakan bahwa sesungguhnya Indonesia mengalami surplus energi dengan total produksi energi sebesar 3.500 barel setara minyak, sedangkan konsumsi energi dalam negeri hanya sebesar 1.000 barel setara minyak.

"Ada mismatch, produksi energi kita 3.500, konsumsi hanya 1.000 sehingga kita surplus 2.500. Hampir semua produksi energi kita diekspor," ujarnya dalam webinar Indonesia Energy Transition Dialogue 2020, Rabu (9/12/2020).

Dari total produksi energi nasional, sekitar 67 persen dikontribusikan dari batu bara, 12 persen dari gas alam, dan 10 persen dari minyak bumi.

Budi menuturkan bahwa ketidakseimbangan permintaan dan pasokan energi terjadi lantaran konsumsi terbesar energi dalam negeri merupakan sektor transportasi yang hampir seluruh kebutuhan energinya dipenuhi dari minyak bumi. Padahal, produksi minyak bumi hanya sekitar 10 persen dari total produksi energi. Alhasil, Indonesia harus mengimpor minyak mentah untuk memenuhi kebutuhan energi di sektor transportasi.

Selain itu, sektor rumah tangga sebagai konsumen energi terbesar ketiga juga mengonsumsi LPG yang produksinya juga belum mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri.

"Jadi, kita lihat balance sheet energi kita. Kita bersyukur energi kita surplus, sayangnya ada energy mismatch. Kita ekspor energi murah kita, yakni batu bara, ke luar dan kita impor minyak mentah karena dibutuhkan sektor transportasi dan impor LPG karena dibutuhkan rumah tangga," kata Budi.

Menurut Budi, salah satu langkah yang bisa mengatasi ketidakseimbangan permintaan dan pasokan energi ini adalah mengalihkan penggunaan BBM dan LPG ke listrik. Hal ini disebabkan energi listrik dapat diproduksi dari berbagai jenis sumber energi di Indonesia, mulai dari batu bara, air, energi surya, hingga energi angin.

Jika penggunaan BBM pada transportasi dialihkan menggunakan listrik, dia yakin persoalan utama keseimbangan permintaan dan penawaran energi di Indonesia akan terselesaikan. Demikian pula, bila penggunaan kompor LPG pada rumah tangga dialihkan ke penggunaan kompor induksi.

"Jika kita bisa mengubah, membuat kebijakan yang bisa mengubah penggunaan LPG di semua rumah tangga ke listrik, maka energy balance sheet kita akan seimbang. Impor kita akan berkurang, current account deficit bisa lebih baik," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper