Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom: Keyakinan Konsumen Tidak Akan Membaik Jika Covid-19 Belum Tertangani

Berdasarkan data Bank Indonesia, IKK pada September 2020 masih berada pada zona pesimis, yaitu sebesar 83,4, lebih rendah dari Agustus 2020 yang tercatat sebesar 86,9.
Karyawan menata buah yang di pajang di salah satu super market di Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan menata buah yang di pajang di salah satu super market di Jakarta, Rabu (9/9/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Universitas Indonesia (UI) Fithra Faisal menilai rendahnya ekspektasi konsumen terhadap perbaikan ekonomi yang tercermin dari penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada September 2020 akibat pandemi Covid-19 yang belum tertangani dengan baik.

Berdasarkan data Bank Indonesia, IKK pada September 2020 masih berada pada zona pesimis, yaitu sebesar 83,4, lebih rendah dari Agustus 2020 yang tercatat sebesar 86,9.

Menurut Fithra, IKK yang sudah turun sejak Februari 2020 masih belum menunjukkan perbaikan. Meskipun sempat meningkat pada Juni hingga Agustus, akan tetapi IKK kembali anjlok pada periode September 2020.

Penurunan ini sejalan juga dengan tren penurunan mobilitas masyarakat yang terjadi pada September hingga awal Oktober ini, seiring dengan diterapkan kembali pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Namun, menurut Faisal, penurunan IKK bukan karena faktor penerapan kembali PSBB jilid II, melainkan karena masih ada faktor risiko dari pandemi Covid-19.

Hal ini juga didukung oleh hasil salah satu penelitian di Amerika Serikat bahwa pengetatan aktivitas ekonomi tidak terlalu signifikan mempengaruhi kontraksi ekonomi, tetapi persepsi konsumen atau tendensi konsumen untuk tidak berbelanja karena masih adanya faktor risiko Covid-19.

"Di Indonesia juga sama, PSBB jilid I dan II memang berpengaruh, tapi yang jauh lebih dominan adalah faktor risiko, tingkat kasus positif, dan tingkat kematian, ini menyebabkan konsumen tidak terlalu yakin terhadap perbaikan ekonomi," katanya kepada Bisnis, Selasa (6/10/2020).

Fithra beranggapan, persepsi konsumen bisa membaik asal faktor risiko tersebut bisa tertangani dengan baik. Kemudian, pemerintah juga harus bekerja keras mengucurkan stimulus dari sisi fiskal, terkhusus pada kuartal IV/2020.

"Stimulus fiskal jika bisa digenjot di kuartal IV, akan bisa mempengaruhi persepsi konsumen. Jadi melihat bagaimana pemerintah bersungguh-sungguh memperbaiki keadaan, ini membantu memperbaiki persepsi konsumen juga," jelasnya.

Pasalnya, Fithra mengutarakan stimulus fiskal cukup membantu menahan penurunan ekonomi lebih dalam. Berdasarkan analisis yang dilakukannya, stimulus fiskal selama ini cukup membantu perekonomian hingga ada tambahan 1 persen pada pertumbuhan ekonomi. Jika anggaran program pemulihan ekonomi nasional bisa digenjot hingga 100 persen, menurutnya bisa menambah 3,69 persen pada pertumbuhan ekonomi.

"Artinya kalau pertumbuhan ekonomi diproyeksi -1 sampai -2 persen, ada tambahan yang cukup signifikan, bahkan kita bisa bouncing ke arah pertumbuhan positif. Asal stimulusnya dijalankan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper