Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertamina Impor Minyak Jaga Kinerja Keuangan

Berdasarkan data Pertamina, per Maret 2020, permintaan gasoline terus mengalami penurunan rata-rata 17 persen, gasoil turun rata-rata 8 persen dan avtur turun 45 persen.
Petugas melakukan pengisian bahan bakar minyak (BBM) di salah satu SPBU yang ada di Jakarta, Senin (31/9). Bisnis/Nurul Hidayat
Petugas melakukan pengisian bahan bakar minyak (BBM) di salah satu SPBU yang ada di Jakarta, Senin (31/9). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Pilihan Pertamina (Persero) mengimpor minyak mentah dan produk migas memanfaatkan kondisi pelemahan harga minyak dunia dianggap tepat untuk menjaga kinerja keuangan perseroan.

Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan untuk kondisi tertekan harga minyak dunia dan Covid-19, Pertamina akan lebih efisien untuk mengimpor produk BBM.

"Kalau crude, maka harus diolah dulu. Hal itu jadi pilihan yang baik dalam kondisi semacam ini," katanya, saat dihubungi Bisnis, Selasa (21/4/2020).

Di sisi lain, permintaan BBM nasional juga mengalami penurunan. Berdasarkan data Pertamina, per Maret 2020, permintaan gasoline terus mengalami penurunan rata-rata 17 persen, gasoil turun rata-rata 8 persen dan avtur turun 45 persen.

Sejalan dengan penerapan PSBB, permintaan BBM di kota-kota besar pun tercatat mengalami penurunan di atas 50 persen,  tertinggi adalah Jakarta dan Bandung yang turun hampir 60 persen.

Secara nasional penurunan permintaan BBM mencapai 35 persen dibandingkan dengan rerata Januari- Februari 2020. Selain penurunan di BBM retail, penurunan permintaan juga terjadi untuk konsumen industri mengingat banyak industri yang berhenti beroperasi.

Melihat kondisi tersebut, Komaidi menambahkan Pertamina perlu mencari akal untuk menyalamatkan bisnisnya. Untuk itu, efisiensi jadi kata kunci untuk menjaga kinerja keuangan perusahaan.

“Harus diakui, Pertamina jadi BUMN yang menjadi sumber pendulang pendapatan negara juga. Maka dari itu, kalau penjualan turun, maka potensi pendapatan juga turun, meski harga minyak di bawah asumsi APBN 2020,” tambahnya.

Sebelumnya, Pertamina berencana mengimpor 10 juta barel minyak mentah. Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa pihaknya memanfaatkan crude impor untuk menurunkan cost of goods sold (COGS) perseroan.

Selain itu, dia mengungkapkan pada saat ini, kondisi harga minyak mentah di domestik cenderung lebih tinggi, sehingga perseroan tidak bisa memaksa untuk menyerap seluruhnya dari domestik.

“Kami mengambil kesempatan minyak turun optimalkan storage yang ada. Kami beli 10 juta barel, demikian juga untuk gasoline 9,3 juta barel dan LPG 5 kali 44.000 metrik ton,” katanya dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI, Kamis (16/4/2020).

Sementara itu, impor BBM ditempuh perseroan agar harga pokok penjualan (HPP) bahan pokok penjualan terpenuhi.

Selaini itu Nicke menambahkan, impor tersebut dalam rangka menjamin keamana pasokan dalam negeri, sehingga ketersediaan volume diamankan dengan memanfaatkan momentum untuk beli.

“Kalau tetap serap domestic ini berat, crude impor murah saat tepat meningkatkan stok untuk turunkan HPP,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper