Chandra Asri Berjuang Wujudkan Petrokimia yang Berdikari

Petrokimia telah lama dianggap sebagai induk dari manufaktur, sehingga membuat perusahaan seperti Chandra Asri sebagai pemain penting dalam kemajuan industri di Tanah Air.

Bisnis.com, JAKARTA -- Petrokimia telah lama dianggap sebagai induk dari manufaktur, sehingga membuat perusahaan seperti Chandra Asri sebagai pemain penting dalam kemajuan industri di Tanah Air.

Akhir tahun ini PT Chandra Asri Petrochemical menjalani babak baru akselerasi pengembangan dan penguatan industri petrokimia di dalam negeri dengan membuka pabrik baru.

Sebagai pondasi keseluruhan industri, sektor petrokimia selayaknya memegang peran vital bagi suatu bangsa. Hampir seluruh sektor manufaktur mengandalkan industri induk kimia dan juga petrokimia.

Tidak heran, pembukaan pabrik baru Chandra Asri dianggap sebagai langkah strategis bagi penguatan sektor manufaktur Tanah Air.

Tak segan, Presiden Joko Widodo ikut turun tangan untuk meresmikan pabrik baru di komplek Petrokimia milik Chandra Asri di Cilegon, Banten pada awal Desember 2019.

Presiden menganggap berdirinya pabrik yang memproduksi polietilena itu sebagai tahapan bagi lokalisasi bahan baku manufaktur. Jokowi, sapaan akrab Presiden, menilai tugas besar diemban Chandra Asri selaku salah satu pionir industri petrokimia dalam negeri.

“Kita tahu semuanya PT Chandra Asri adalah pionir industri petrokimia di Tanah Air, karena impor di bidang petrokimia masih besar. Kita harapkan investasi penanaman modal yang terus menerus di bidang ini diberikan ruang agar nantinya impor bahan-bahan petrokimia betul-betul setop, dan kita justru bisa mengekspornya,” kata Presiden saat memberikan sambutan.

Pabrik baru dengan kapasitas 400 ribu ton per tahun tersebut dibangun dengan nilai investasi sebesar US$380 juta. Pabrik itu akan menjadikan kapasitas produksi perusahaan meningkat menjadi 736 ribu ton per tahun.

Presiden Direktur Chandra Asri Erwin Ciputra mengatakan bahwa pihaknya memiliki komitmen kuat untuk menguatkan industri petrokimia dalam negeri. Bahkan, hasil produksi pabrik baru tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan industri nasional sebagai produk substitusi impor.

“Kami berterima kasih atas dukungan pemerintah selama ini melalui insentif pajak dan tax holiday yang sangat berguna dalam mendatangkan investasi,” ucapnya.

Tak cukup sampai di situ, Erwin menyampaikan, Chandra Asri berkomitmen untuk terus memperbesar investasinya. Ke depan, Chandra Asri akan berinvestasi untuk mengembangkan kompleks pabrik petrokimia kedua dengan nilai investasi Rp60 triliun—Rp80 triliun yang diperkirakan selesai dalam waktu 4 tahun.

“Kami berharap agar kompleks petrokimia Chandra Asri dapat mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap produk impor, dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” katanya.


MEMBANGUN MANUFAKTUR

Ekonom Senior Faisal Basri menilai keberadaan industri petrokimia adalah syarat mutlak bagi suatu bangsa yang tengah membangun sektor manufaktur. Dia menganalogikan industri kimia dan petrokimia sebagai Ayah dan Ibu kandung dari sektor industry.

Dia memproyeksikan sektor petrokimia di dalam negeri menyimpan potensi besar. Sebabnya, dari sekian rumpun industri yang kini berkembang, justru industri kimia dan petrokimia yang kewalahan mendatangkan investasi anyar, meskipun memiliki permintaan besar.

Terlebih lagi, saat ini banyak negara Asia Tenggara telah memiliki fasilitas produksi petrokimia yang jauh lebih apik dan terintegrasi dibandingkan dengan Indonesia.

“Karena itu, jika Indonesia tak segera memiliki industri petrokimia terintegrasi, hanya akan jadi pasar oleh negara-negara lain,” ujarnya.

Di sisi lain, sebagaimana diharapkan Jokowi, langkah strategis Chandra Asri kelak menjadi jawaban atas persoalan banjir impor bahan petrokimia yang menjadi salah satu ganjalan bagi neraca perdagangan Indonesia.

Sebagai contoh, kebutuhan domestik polietilena sebagai bahan baku industri mencapai 2,3 juta ton per tahun, sedangkan kapasitas produksi nasional untuk bahan baku tersebut baru mencapai 780 ribu ton.

Hal inipun dirisaukan Sekretaris Jenderal Asosiasi Industri Olefin, Aromatik, dan Plastik Indonesia (Inaplas) Fajar Budiyono. Hingga kini, impor bersih bahan petrokimia bisa mencapai 60% dari total kebutuhan nasional.

Di sisi lain, dengan kegesitan industri petrokimia nasional seperti yang diperlihatkan Chandra Asri, setidaknya bisa membantu pencapaian target pengurangan impor pada 2023 yang dipatok 50% dari total kebutuhan nasional.

Fajar mengatakan bahwa konsumsi hasil produksi industri petrokimia pada 2023 diperkirakan lebih dari 2 juta ton per tahun, sedangkan volume impor lebih dari 1 juta ton per tahun.
Menurutnya, investasi ke industri petrokimia harus terus ditingkatkan setelah 2025 agar proporsi impor tersebut tidak kembali seperti semula.

“Kita kan [konsumsi plastik] per kapitanya masih 23 kilogram per tahun. Dengan PDB [produk domestik bruto] naik, otomatis konsumsi [plastik per kapita] naik. Konsumsi naiknya sekitar 25 kilogram per tahun. Artinya, kalau tidak ada penambahan lagi setelah 2025, nanti impornya akan naik lagi,” katanya.

Fajar mengatakan mulai berproduksinya pabrik baru PT Chandra Asri Petrochemichal Tbk. (CAP) dan produsen lainnya  pada 2023 akan membuat kapasitas terpasang produksi polipropilena (PP) dan polietilena (PE) menjadi masing-masing 50% dan 45% dari total konsumsi nasional.

KEDAULATAN MANUFAKTUR

Direktur Chandra Asri Suryandi menegaskan perusahaan berkomitmen mendukung kebijakan menciptakan kedaulatan manufaktur. Selain terus mengupayakan ekspansi, Chandra Asri tak goyah selama periode kelesuan industri beberapa tahun belakangan.

Bahkan, Suryandi mengungkapkan beberapa strategi seperti realisasi investasi pabrik baru, telah menyiratkan optimisme Chandra Asri baik dalam jangka menengah maupun panjang.

Dia mengungkapkan kehadiran pemasok petrokimia lokal cukup mendesak, selain berperan menyumbat arus impor, hal itu juga turut menyangga pelaku industri menengah dan kecil.

Banyak kebutuhan bahan dan barang dari turunan petrokimia, mulai dari kemasan minuman-makanan, plastik keras untuk pembuatan perabot seperti pipa, ember dan gentong.

“Masak untuk barang-barang seperti itu harus diimpor juga, padahal produsennya banyak di dalam negeri, hanya saja kekurangan bahan baku,” kata Suryandi.

Terlebih lagi, Chandra Asri juga menyokong eksistensi industri strategis lain seperti pabrikan otomotif. Perusahaan yang mempunyai operasi pabrik di Merak dan Cilegon itu berhasil menggarap permintaan untuk otomotif seperti pabrikan Toyota dan Honda.

“Apalagi  CAP telah melakukan turn around maintenance pabrik yang harus dilakkan sekali dalam 5 tahun pada Agustus – September 2019, sehingga nantinya operation akan lebih smooth,” terang Suryandi.

Dalam laporan keberlanjutan Chandra Asri, penerapan industri hijau di pabrik milik perusahaan adalah mengurangi jejak karbon hingga 0,24% pada 2018.

Tahun depan, Chandra Asri juga akan menerapkan penggunaan energi baru terbarukan daro panel surya sebagai pemasok kebutuhan energi di gedung admin, dan gudang di kompleks Cilegon.

Penggunaan energi baru terbarukan di lingkungan pabrik Chandra Asri tersebut diharapkan mampu mengurangi jejak karbon hingga 644 ton per tahun.

Selain itu, Chandra Asri juga mengolah sampah plastik sebagai campuran aspal sebagai tanggung jawab perusahaan dalam menggenjot penerapan circular economy. Sejumlah uji coba pun telah banyak dilakukan untuk memastikan kualitas aspal plastik.

Saat ini, aspal plastik itu telah digunakan untuk pembangunan jalan di beberapa lokasi, salah satunya yaitu pengaspalan di lingkungan perusahaan seluas 6.372 meter persegi.

Perusahaan juga melakukan kerja sama dengan Pemerintah Cilegon untuk menggunakan aspal plastik di 34 ruas jalan sepanjang 19 kilometer.

Chandra Asri juga menjalin komitmen untuk menggunakan aspal plastik sepanjang 1,3 kilometer di Jalan Transyogi Cileungsi, dan 1,6 kilometer di Kota Tegal melalui INAPLAS.

Melalui inisiatif ini, perseroan berupaya menunjukkan kantong plastik sekali pakai—yang dikhawatirkan menjadi sampah yang mengotori lautan—dapat ditangani dengan baik menjadi produk yang berguna dan memiliki nilai ekonomi.

Perusahaan akan mengambil peran dalam pembangunan berkelanjutan serta ikut mengurai permasalahan sampah plastik di Indonesia.

“Pemanfaatan sampah plastik dalam campuran aspal diharapkan dapat menjadi salah satu solusi di Indonesia,” kata Suryandi.
Lebih jauh, Suryandi menegaskan Chandra Asri berupaya menerapkan secara menyeluruh industri hijau.

“Kami menerapkan juga kebijakan 5R untuk industri. Selain Reuse, Reduce, dan Recycle, pelaku industri juga diminta mengoptimalkan produk dan peralatan dengan melakukan Recovery dan Repair,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Media Digital
Editor : Media Digital

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

# Hot Topic

Rekomendasi Kami

Foto

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper