Bisnis.com, JAKARTA -- Pernyataan Bank Indonesia soal posisi suku bunga acuan yang sudah hampir mencapai puncaknya, yang disampaikan beberapa waktu lalu, ternyata diklaim sebagai proyeksi pandangan bank sentral dua tahun ke depan.
Dengan demikian, pandangan kebijakan suku bunga bank sentral di dalam negeri bisa jadi masih ketat ke depannya.
Seperti diketahui, hingga Februari 2019, Bank Indonesia (BI) masih menahan suku bunga acuan di level 6% dan menyampaikan bahwa suku bunga tersebut sudah hampir mendekati puncaknya.
Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan proyeksi tersebut diolah berdasarkan data, baik dari dalam maupun luar negeri, yang dikaji tiap bulannya dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG).
"Beragam informasi yang kami peroleh setiap RDG yang memproyeksi dua tahun ke depan, kami karakteristikan suku bunga BI sudah hampir mencapai puncaknya," terangnya, Senin (4/3/2019).
Perry menjelaskan proyeksi dua tahunan dari arah suku bunga ini dapat berubah tiap bulannya di dalam RDG. Ketika ditanya kapan suku bunga bisa turun seiring dengan melunaknya suku bunga The Fed, dia menegaskan bahwa keputusan tersebut harus sesuai dengan momennya.
Untuk menyeimbangkan posisi suku bunga acuan yang sekarang masih berada di level tinggi, BI berusaha agar suku bunga kredit tidak naik terlalu tinggi. Oleh karena itu, BI dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berkoordinasi untuk mendorong efisiensi perbankan dan mengarahkan agar pembiayaan perbankan disalurkan ke arah grosir, bukan hanya ritel.
Selain itu, Perry menegaskan pihaknya akan selalu memastikan likuiditas perbankan tetap cukup.
"Makanya sejak Desember [tahun lalu], kuartal IV/2018, itu kami tambah lagi injeksi likuiditas, serta Januari [2019] injeksi likuiditas dan Februari[2019] melalui operasi moneter," paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel